Kebahagiaan merupakan sesuatu yang begitu diinginkan oleh semua orang.
Namun apakah kebahagiaan ini kekal?
"Kak Blaze, aku dan Thorn mau kesana ya"
Blaze menoleh lantas mengangguk, "Jangan jauh jauh, nanti ilang" Ujar Blaze mengingatkan, pasalnya jika duo bungsu ini menghilang bisa bisa dia di geprek oleh sang kakak sulung.
Solar mengangguk, mengandeng tangan Thorn dan mulai memisahkan diri dari gerombolan pemuda itu.
"Kita mau ngapain ya" Blaze menatap sekitar, ia sudah membuat list menaiki wahana yang ingin ia naiki bersama yang lain.
Sebuah ide langsung muncul dalam benak nya. "Guys" ia memanggil teman teman nya. Saat semua nya memperhatikan nya telunjuk nya pun menunjuk suatu wahana dengan antrian yang cukup panjang disana.
Dari reaksi yang dapat ia lihat, ada yang berbinar ada pula yang pucat pasi namun ada pula yang terbingung.
Wahana yang Blaze tunjuk adalah roller coaster akan begitu kurang jika ke Dufan namun tidak menaiki wahana utama nya.
Merekapun segera kesana, ya walaupun ada yang ragu dan memilih untuk menunggu diluar. Alhasil yang ikut hanya Blaze, Taufan, Frostfire dan Gentar sedangkan Supra dan Glacier menunggu di luar.
Lebih memilih jalur VIP agar tidak mengantri lama karena sempat melihat antrian yang begitu panjang.
Taufan menetralkan degup jantung nya, sebenar nya Taufan tak ingin ikut namun ia malah dipaksa sama Blaze. Tak apa sesekali seumur hidup, tak masalah bukan.
Beberapa menit berlalu, akhir nya kursi pun penuh. Taufan mengeratkan pegangan pada pengaman nya, kereta itu mulai berjalan.
Awal nya normal normal saja namun tiba tiba saja laju kereta ini melambat dan saat Taufan menoleh ia sudah berada di ujung rel. Taufan meneguk ludah nya kasar kala kereta mulai bergerak perlahan pad rel yang kini mulai menurun.
Hingga
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Teriakan menggelegar saat kereta itu mulai turun melaju cepat membelah angin. Taufan hanya diam, ia tak memiliki tenaga untuk mengeluarkan suara nya. Tenggorokan nya tercekat, tak seperti Blaze dan Frostfire yang kini berteriak seperti orang kesetanan. Sedangkan Gentar yang berada tepat di samping nya sudah seperti tubuh tak bernyawa.
"Ya Tuhan" Taufan hanya berbatin ria.
- Hiraeth -
"Gentar, kamu baik baik aja?"
Taufan meringis kala melihat keadaan Gentar yang kini ia rangkul.
"Dia mabuk itu" Frostfire berkata sembari memperbaiki anak rambut nya yang kini berpindah posisi ke atas karena terjangan angin tinggi saat menaiki kereta tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fiksi PenggemarPulang? Taufan tak mengerti arti dari kata pulang. Ia hanyalah seorang anak yang kini tengah mencari jati dirinya, yang ia ketahui ia hanya hidup sendirian tanpa orang tua dan saudara. Namun siapa sangka ternyata ia memiliki seorang keluarga, hanya...