Pulang? Taufan tak mengerti arti dari kata pulang. Ia hanyalah seorang anak yang kini tengah mencari jati dirinya, yang ia ketahui ia hanya hidup sendirian tanpa orang tua dan saudara.
Namun siapa sangka ternyata ia memiliki seorang keluarga, hanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berpangku pada telapak tangan yang berada di bawah dagunya. Netra azure itu menatap lurus ke arah langit yang akan menunjukan rona jingganya.
Hari kian sore, waktu mulai mendekati jam pulang. Rimba yang berada di sebelah pun menatap bingung pada sang Kakak yang hanya diam menatap luar dan tidak memperhatikan guru yang mengajar di depan.
"Ada apa dengan mu?"
Rimba berbisik namun Beliung sama sekali tak memberikan respon, pemuda itu hanya diam menatap langit, hingga bell berbunyi dengan nyaring.
Brak!
Rimba sontak terkejut saat Beliung langsung berdiri sembari mengebrak meja nya dengan keras.
"Ayo dobrak pintu rumah Taufan!!"
Seru nya lantang lalu mengambil tas nya dan berlari keluar. Rimba yang terkejut dengan tingkah yang tiba tiba itu langsung membawa tas nya dan mengejar Beliung.
Tap! Tap! Tap!
Bruk!
"Aduh!"
Saat Rimba tiba di depan pintu ia langsung mendapati sang kakak yang tersungkur di lantai sambil memegangi hidungnya. Saat ia menoleh kini mendapati Blaze dengan gerak gerik yang sama.
"Aku bukan tembok yang bisa ditabrak kapan saja!" Blaze berseru kesal.
"Hah! Memang nya siapa yang mau nabrak tembok?!" Beliung tak kalah seru nya, ia kesal karena saat tengah bersemangat malah ada setan orange yang mendadak muncul di depannya.
"Kalo lari liat liat lah! Punya mata tidak sih? Ga mines kan!"
Bagai api yang berkobar dan angin yang ingin mengoyak apapun, mereka kini sudah terhubung dengan aliran listrik imaginer diantara pasang tatapan tajam itu.
"Apa yang kau bilang hah, kuyang!"
"Kuyang?"
Blaze kini menatap bingung pada Beliung yang mengatai dirinya Kuyang. Bukan kah ini Jakarta bukan Kalimantan?
"Sudah lah, Blaze."
Pasang aquamarine itu menatap datar pada Blaze yang masih terduduk di lantai, ia langsung menarik kakak kembarnya itu untuk berdiri sebelum menjadi manusia memalukan karena tingkahnya.
"Maafkan kakak ku yang bodoh ini." Rimba berujar sembari tersenyum walaupun kini ia tengah mencubit punggung sang kakak.
Beliung mengadu lirih mengusap punggung nya yang nyeri setelah mendapatkan cubitan singkat penuh kasih sayang oleh adik hijau nya itu.
"Tidak masalah, kami memang ingin bertemu dengan kalian." Ucapan dari Ice mengundang tatapan bingung oleh kedua anak bangsawan itu.