Dua kali bahkan hampir tiga kali kehilangan seseorang yang begitu berharga. Tangan, kaki, hingga seluruh tubuh nya gemetar, raut penyesalan terlukis pada raut wajah nya.
"Voltra, tenang lah."
Nova berusaha menangkan sahabat kecilnya, memeluk tubuh itu dengan erat namun Voltra sama sekali tak bisa berhenti menangis.
Beliung dan Rimba menjaga pintu depan, wajah kedua nya menunjukan kecemasan yang begitu ketara.
Drap! Drap! Drap!
"Liung!"
Kedua nya menoleh lantas tersenyum kala mendapati Taufan yang berlari kearahnya.
"Akhirnya," Ujar Beliung dengan lega.
"Bagaimana keadaan Voltra?"
"Dia sudah berhenti berteriak, ada kak Nova di didalam." Jawab Rimba.
"Blizzard?"
"Dia sedang mengurus jasad Yang Mulia dan persiapan untuk acara pemakaman nanti sore." Kali ini Beliung yang menjawab.
Taufan mengangguk, ia pun beranjak memasuki ruang dengan pintu yang dibuka oleh Rimba.
Ia dapat melihat Nova yang masih memeluk Voltra. Taufan menyendu, rasa simpati dan empati nya bergejolak dalam diri. Baru kali ini ia melihat Voltra seperti ini, apakah tekanan dari kerajaan sudah membuat nya stres hingga kematian sang Ratu sekaligus Ibu langsung meledakkan isi hatinya.
"Nova."
Nova mendongak, ia tersenyum tipis saat Taufan sudah berada di depan nya. Nova melepaskan pelukan nya.
Voltra terdiam, ia tak mengatakan apapun namun setelah merasakan tepukan pad pundak nya. Ia menoleh lantas mendapati seseorang yang selalu ia tunggu.
"Taufan?"
"Ya aku disini."
Taufan duduk di hadapan Voltra, senyuman tak luntur dari wajah nya.
___________"Pasang itu disana."
"Lebih ke kiri."
"Bagus,"
"Jangan lupakan bunga nya, harus warna putih."
"Apa yang kau lakukan?"
Kegiatan suruh menyuruh oleh Blizzard sebagai komandan langsung terhenti kala Fang yang tiba tiba datang dan berada di samping nya.
"Mempersiapkan acara untuk sore nanti." Ujar nya dengan nada dingin khas milik nya.
"Jika kau berada disini jadi Taufan juga ada disini kan?
Fang mengangguk, "Dia sedang menangkan Pangeran." Jawab nya.
Blizzard hanya mengangguk, kedua netra nya menatap pada pekerja yang sedang mempersiapkan dekorasi nya, namun tidak dengan pikiran nya yang selalu berputar tak terarah bak kaset rusak dalam benak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
FanfictionPulang? Taufan tak mengerti arti dari kata pulang. Ia hanyalah seorang anak yang kini tengah mencari jati dirinya, yang ia ketahui ia hanya hidup sendirian tanpa orang tua dan saudara. Namun siapa sangka ternyata ia memiliki seorang keluarga, hanya...