21 - Affetto

473 69 4
                                    

Langkah jenjang itu menuruni tangga, dari badan pesawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah jenjang itu menuruni tangga, dari badan pesawat. Mengeratkan syal panjang yang ia kenakan, netra egyptian cerah nya menerawang pada bandara yang dipenuhi oleh pesawat dan orang orang yang berlalu lalang dengan barang barang mereka.

Taufan membawa koper nya pergi menuju kedalam bandara, hari ini memasuki musim dingin walau bagian wilayah Eropa yang ia tinggali selalu diselimuti salju, akan tetapi suhu nya akan menurun drastis.

"Lama di Indonesia, aku jadi tak tahan dengan dingin disini." Gumam Taufan menghela napas dalam hingga menciptakan embun. Ia pun bergegas memasuki gedung bandara. Ia mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang yang bisa membantunya.

Walau hati Taufan terasa ragu

"Jemput aku, sekarang." Ujar nya lantas memasukkan kembali benda pipih itu pada saku jaket nya, lantas menatap kearah langit yang berawan tebal diatas sana yang senantiasa menurunkan pasir pasir es lembut tiap saat.

"Apakah yang ku lakukan disini, adalah yang terbaik?"

Entah mengapa hati Taufan terasa bimbang, namun ia sudah sejauh ini mana mungkin dibatalkan begitu saja. Harga diri nya yang sudah diinjak injak, Taufan bersumpah untuk menaikkan derajat keluarga nya dan marga yang berada dalam namanya.

Mungkin saat ini mereka sudah kecewa terhadap nya, saudara nya bahkan Fang sahabatnya.

"Maaf karena sudah mengingkari janji yang ku ucapkan sendiri, namun ini juga untuk kalian."

Taufan merasakan penyesalan yang dalam, ia bahkan rela untuk bertengkar dengan Fang hanya karena masalah seperti ini. Sebenarnya Taufan taga untuk pergi lagi, namun ini sudah kewajibannya untuk menyelesaikan permasalahan antara dirinya, bibi dan mendiang kakeknya.

Walau kini ia harus menjauh dari orang orang terdekatnya.

Kecuali—

Taufan membalikkan badannya lantas menatap dua orang yang berjalan kearahnya. Senyum simpul muncul di wajah Taufan, pemuda itu melambaikan tangan nya dengan rendah.

"Lama tak jumpa. Nova, Blizzard."

— kecuali anggota kerajaan.

Nova merangkul Taufan dengan akrab, mereka kini seperti sahabat yang sudah lama tak berjumpa. Walau kenyataannya memang seperti itu.

"Tiga tahun gada kabar, datang datang langsung bawa banyak perubahan ya." Nova berujar lirih memeluk Taufan dengan erat lantas melepaskan pelukannya.

Taufan hanya tersenyum kecil, menatap wajah Nova yang terlihat konyol baginya. Namun walaupun begitu Taufan mengerti bahwa Nova saat ini tengah menahan kerinduan nya yang besar.

"Dulu masih anak kecil sekarang keliatan makin dewasa dan tinggi. Walau masih tinggian aku sih."

Nova berujar lantas mendekatkan tubuh nya pada Taufan dan menimbang nimbang selisih tinggi mereka. Benar saja ujung kepala Taufan hanya perantara dari dagu milik nya.

Hiraeth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang