8 - Enigma

548 83 1
                                    

Bell berbunyi jam istirahat pun tiba anak anak kelas berhamburan keluar namun ada pula yang masih didalam dengan bekal bawaan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bell berbunyi jam istirahat pun tiba anak anak kelas berhamburan keluar namun ada pula yang masih didalam dengan bekal bawaan mereka.

Aku membereskan buku pelajaran sebelumnya dan memasukan nya kedalam tas.

"Fan, mau ke kantin ga?"

Aku menoleh kala teman sebangku-ku, Blaze menawarkan diri nya pergi bersamanya ke kantin. Namun aku menggeleng pelan, aku ingin ke suatu tempat.

"Duluan saja, Blaze. Aku mau ke toilet bentar" Ujar ku dan dibalas anggukan dari nya. Blaze pun berjalan menjauh menuju pintu keluar untuk pergi ke kantin menyisakan aku sendiri dengan teman kelas yang tak begitu akrab dengan ku.

Setelah merapikan meja dan alat tulis ku, aku pun berniat untuk keluar kelas. Sebenarnya aku tak ingin ke toilet namun karena sedang tak ada nafsu makan jadi aku terpaksa menolak ajakan Blaze dan beralasan ingin ke toilet terlebih dahulu.

Saat sedang melewati lorong aku dikagetkan dengan seseorang yang tiba tiba muncul dari balik tembok, rasa keterkejutan ku membuat tubuh nya mematung tak bereaksi apapun.

Namun pemuda yang hampir bertabrakan dengan ku membuat ku seperti mengingatkan sesuatu entah apa, namun saat melihat wajah nya hati ku terasa panas.

Wajah datar nan dingin, netra red delima yang tajam dengan aura nya yang sedikit suram dengan tinggi badan yang berada diatas ku. Sungguh aku melihat diri nya seakan melihat malaikat maut yang siap menerjang jiwa siapapun.

Aku merasa bingung, pemuda itu hanya diam lalu dia pergi melewati ku. Aku mencium samar aroma tubuh nya dan entah mengapa aku merindukan seseorang entah siapa.

Tiba tiba saja sekelebat ingatan buram memenuhi kepala ku, membuat ku kehilangan keseimbangan karena rasa pening yang mendadak datang. Untung ada tembok yang jadi tumpuan sehingga aku tak jatuh pada lantai.

Aku berbalik, menatap punggung tegak pemuda itu yang kian menjauh dan hilang ditelan dinding. Pikiran ku mendadak kacau, aku bingung apa yang membuat ku seperti ini namun saat melihat pemuda itu aliran darah ku langsung mendesir panas.

"Dia siapa?"

- Hiraeth -

Kaki jenjang yang melangkah lebar dengan wajah datar menatap fokus jalan yang ia pijak tak menghiraukan bisikan dan tatapan dari kumpulan siswi yang ia lewati.

"Eh lihat itu Halilintar"

"Dia ganteng banget sih,"

"Aaaaaa pengen jadi pacar nya,"

"Dia habis menang lomba karate ya?"

"Hebat banget sih, juara satu lagi"

Dan banyak lagi bisikan yang mereka lontarkan. Entah mengapa telingga nya menjadi panas saat mendengar bisikan bisikan itu, Halilintar bukan lah orang yang ingin di puja secara berlebihan seperti itu apalagi setiap hari ada saja surat dan coklat di meja belajar nya.

Hiraeth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang