Hari demi hari, waktu berlalu dengan singkat. Kini sekolah swasta yang dikenal sekolah paling favorit di Jakarta telah melaksanakan acara festival tahunan yang dihadiri oleh warga sekolah itu sendiri, tamu undangan serta orang tua dari siswa dan siswi.
Banyak hal yang mereka lalui saat ini, sibuk hingga tinggal di sekolah sampai larut malam untuk mempersiapkan acara dan latihan rutin untuk penampilan lomba.
Diantara banyak nya orang yang berkerumun pada pinggir lapangan, pemuda bersurai brown dengan gradasi blue berada di pojok lapang melihat beberapa lomba kecil antar kelas yang sedang berlangsung disana.
Tarik tambang, lempar balon, memasukan bola, hingga yang basah basahan yaitu bermain dengan pistol air dan banyak lagi permainan yang dimainkan.
"Tidak ikut lomba?"
Taufan dikejutkan dengan suara yang tiba tiba datang tepat di sebelah nya, saat menoleh ia mendapati seorang pemuda dengan kipas yang menutupi sebagian wajah nya.
"Sopan, kau mengagetkanku,"
Taufan mengelus dada nya pelan, Sopan hanya terkekeh pelan lantas netra campuran itu menatap kearah kegiatan yang berada di lapangan.
"Aku penasaran seberapa lama seseorang akan bertahan dalam kebohongan."
Taufan melirik, menatap bingung pada Sopan yang tiba tiba berkata aneh seperti itu. Ia menatap netra blue-orange yang kini terlihat kosong, bahkan kipas itu sudah menurun menampilkan wajah nya sepenuhnya.
Wajah dengan ekspresi datar namun terbesit makna yang tak dapat diartikan. Tak ada wajah jenaka penuh sopan santun disana, kini Sopan malah mirip seperti Halilintar, dingin.
"Maksudmu?"
Sopan menoleh, lantas tersenyum tipis. Tatapan yang lembut tetapi mampu menusuk apapun yang ia lihat.
"Jika kau tidak memahaminya, maka tak ada yang perlu di khawatirkan."
Taufan dibuat berputar, ia bingung dengan semua ucapan yang Sopan lontarkan.
Pemuda itu tertawa pelan, seketika ia kembali pada Sopan yang sebenarnya.
"Lupakan ucapan ku, Taufan. Aku hanya melantur karena habis di hipnotis kakak kelas." Sopan berujar ia menggoyangkan kipasnya untuk membuat angin disana.
Taufan terdiam, ia bingung harus berkata apa. Sopan seperti seseorang yang tenang tenang menghanyutkan.
Atau lebih spesifiknya, tenang namun mematikan.
Jika di pikir pikir ulang, dari sekian banyak teman teman nya hanya beberapa saja yang waras disana sisa nya hanyalah manusia dengan kepribadiannya yang unik.
"Haaaaa!!!!"
Taufan terkejut saat tiba tiba ada suara cempreng nan nyaring tepat diantara ia dan Sopan. Kami sontak menoleh dan mendapati Gentar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
FanfictionPulang? Taufan tak mengerti arti dari kata pulang. Ia hanyalah seorang anak yang kini tengah mencari jati dirinya, yang ia ketahui ia hanya hidup sendirian tanpa orang tua dan saudara. Namun siapa sangka ternyata ia memiliki seorang keluarga, hanya...