Malam harinya diruang tamu, Jihan termenung sendirian, ia masih sangat kesal dengan Dewa tadi sore, walau Amel adalah sahabat Jihan, tetapi Jihan sudah menganggap Amel seperti keluarga sendiri, ia tidak akan membiarkan siapapun membuat hati Amel terluka, sekalipun itu Pak Vino, perkataan nya tadi membuat Jihan jengkel sekali, jika memang Pak Vino tidak menyukai Amel, mengapa Pak Vino suka sekali memberi perhatian pada Amel, namanya juga perempuan jika diberi perhatian kecil pada seorang laki-laki pasti hatinya merasa nyaman, tidak tahukah mereka perasaan perempuan, perhatian yang diberikan Pak Vino juga bukan seperti dosen dan siswi, memangnya Pak Vino tidak bisa membedakan, semua laki-laki memang sama aja.
Sedetik kemudian Naya menghampiri Jihan dengan membawa boneka kesayangannya yang menemaninya saat tidur, dengan wajah ngantuk Naya menyempatkan untuk menemui Jihan.
"Mama" gumamnya, Jihan yang melihat Naya langsung membuat mood nya kembali.
"Kok anak Mama yang paling cantik ini belum bobo?" Tanya Jihan sembari memeluk tubuh Naya di pangkuannya.
Naya menduselkan kepalanya dileher Jihan, lalu ia mendongak menatap Jihan "kalau misalnya adek bayi udah lahir, Naya gk akan dilupain kan Ma?"
Pertanyaan itu membuat Jihan terkejut, bagaimana seorang anak kecil bisa berpikiran seperti itu, Jihan mencoba meyakinkan Naya sambil mengelus rambutnya "nggak sayang, kasih sayang Papa dan Mama masih sama kok."
"Naya takut Mama dan Papa gk sayang Naya lagi" Ucapnya sambil menangis.
Melihat hal itu jelas Jihan merasa sedih, pasti ada orang yang mengatakan sesuatu yang tidak baik kepada Naya, Jihan mengelus punggung Naya yang bergetar lalu ia berkata. "sayang anak Mama yang paling cantik, kamu gk boleh berpikir seperti itu, punya adek itu seru loh, nanti Naya bisa ajak adek Naya main sepeda bersama pas udah besar nanti, banyak hal yang bisa kalian lakuin, Naya gk boleh berpikir punya adek itu akan mengurangi kasih sayang Papa dan Mama."
Naya mengusap air matanya lalu ia mendongak menatap Jihan "beneran Ma? Berarti Naya bisa ajak adek main dong."
"Iya sayang."
Mendengar hal itu Naya tersenyum senang, tak lagi ada air mata di mata Naya, yang ada disana hanya kebahagiaan, Jihan juga ikut senang melihat Naya tidak sedih lagi.
"Coba Naya letakkan tangan Naya diperut Mama"
Jihan menuntun tangan kecil Naya untuk membiarkan tangan Naya menyentuh perutnya yang masih rata itu.
"Adek kamu ada disini sayang , perut Mama bakal besar banget, kamu akan bisa merasakan adek kamu menendang diperut Mama."
"Kalau adek nendang, apa Mama akan kesakitan?" Tanya Naya menatap Jihan bingung.
"Semua ibu hamil akan merasa bahagia ketika merasakan anaknya yang mereka kandung bergerak, Mama gk akan merasa sakit kalau adek menendang perut Mama."
Naya mengangguk paham dengan senyuman manisnya "Naya mau bobo sama Mama" Ucapnya memeluk erat Jihan.
"Kamu bobo sendiri aja ya sayang, Mama gk bisa bobo bareng Naya" baalsan itu bukan dari mulut Jihan, tetapi berasal dari Dewa yang baru saja turun dari lantai atas, pria itu menghampiri keduanya.
Seketika moodnya berubah lagi, Jihan menatap Dewa tidak senang, karena Jihan masih kesal dengan Dewa, Jihan berkata "siapa bilang Mama gk mau bobo sama Naya, malam ini Mama bobo dikamar Naya oke"
"Horee, Papa bobo sendiri ya Naya mau pacaran sama Mama" ucapnya tersenyum mengejek.
"Hei Naya siapa yang ngajarin pacaran pacaran" Ucap Jihan.
"Papa bilang kalau kita suka sama seseorang, kita harus pacaran sama orang yang kita sukai" jelas Naya membuat Jihan melototi Dewa.
Dewa yang melihat itu tersenyum Pepsodent "bukan aku sayang"
"Udah ah, kamu tidur aja sama guling" setelah mengatakan itu Jihan menggendong Naya menuju kamar Naya.
-
Pagi ini Jihan kedatangan tamu istimewa, ia sangat bahagia sang Bunda mengunjunginya seraya membawakan kue coklat kesukaannya, sudah lama sekali ia tidak dibuatkan kue coklat oleh Bunda, karena menurut Jihan kue coklat buatan Bunda sangat enak, Jihan mempersilahkan Bunda masuk kedalam rumah, kamis ini Jihan tidak ada jadwal ke kampus, ia jadi bisa menghabiskan waktu bersama Bundanya.
"Bunda kenapa gk bilang kalau mau kesini?"
"Sengaja karena mau kasih kamu kejutan."
"Bunda mah suka gitu, aku kan bisa minta tolong Mas Dewa jemput Bunda."
"Dewa kan juga harus ke kantor, Bunda gk mau merepotkan kalian."
"Gk merepotkan Bunda."
"Udah gapapa sayang, lagian Bunda kan udah disini."
Jihan memeluk tubuh Bundanya untuk melepaskan rindunya "ada apa sayang?" Tanya Bunda.
"Bunda dulu hamil Jihan gimana rasanya Bun?" Tanya Jihan tiba-tiba.
Bunda sudah paham kalau Jihan saat ini sedang gelisah, ini juga pertama kalinya Jihan hamil, mungkin Jihan takut.
"Dulu waktu hamil kamu, Bunda bahagia sekali, Bunda paham kok perasaan kamu, pasti akan ada masanya ibu hamil merasa khawatir dan takut, Bunda dulu juga begitu, Bunda takut jika sudah saatnya melahirkan Bunda tidak kuat, tapi kan gk mungkin Bunda menyerah begitu saja, percaya sama diri kamu sendiri kalau kamu bisa."
Mendengar penjelasan Bunda, Jihan jadi merasa lebih tenang, walau masih belum ada 1 bulan ia mengandung, tetapi rasa khawatir dan takut itu datang terlalu cepat, ia tidak bisa bohong kalau Jihan belum siap hamil, melihat semua orang disekitarnya bahagia karena kabar kehamilannya apa lagi melihat suaminya sangat bahagia, jika semua orang disekitarnya bahagia ia juga ikut bahagia.
"Dibawa rileks aja sayang, jangan terlalu banyak pikiran, kasian bayi kamu nanti."
"Makasih ya Bunda, Jihan akan berusaha sebaik mungkin juga untuk menjaga bayiku."
"Pinternya anak Bunda, dulu kamu sering merengek ke Bunda, tapi sekarang kamu udah jadi istri orang dan sebentar lagi kamu akan punya anak kedua" ucap Bunda sembari mengusap air matanya yang entah kapan jatuh.
"Bunda jangan nangis dong, Jihan jadi ikutan nangis nih" balasnya sambil mengusap air mata Bunda yang jatuh.
"Bunda cuma bahagia aja kalau anak Bunda bahagia."
"Jihan udah bahagia, Bunda juga harus bahagia, Bunda jangan terlalu kecapean."
"Bunda gapapa sayang, justru kamu gk boleh kecapean karena ada satu nyawa lagi yang harus kamu jaga."
"Iya Bunda, makasih ya karena Bunda aku jadi merasa lebih baik."
Bunda memeluk Jihan erat.
***
1 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Keren Suami Idaman (Selesai)
RomanceDewanta Pancaloka adalah seorang Duda anak satu, yang memiliki putri bernama Nayanda Anastasia. Dewa memilih untuk menduda selama 5 tahun karena ia masih merasa kehilangan semenjak kepergian istrinya, saat melahirkan Naya, bahkan kedua orang tuanya...