Bab 18

25.8K 931 4
                                    

Setelah menempuh perjalanan menuju kampus Jihan, akhirnya mereka tiba, seperti permintaan Jihan di halte bus dekat kampus, gadis itu melepas seatbelt  nya.

"Yakin mau turun disini?" Tanya Dewa untuk yang sekian kalinya.

"Iya Pak Dewa, saya nggak enak loh sama Pak Dewa, saya tahu sebenarnya Bapak punya urusan sendiri, tapi gara-gara saya berangkat pagi, Pak Dewa harus antar saya, padahal kan saya bisa sendiri."

"Kamu harus terbiasa, nanti setelah menikah pun saya nggak akan izinin kamu berangkat sendiri."

"Kenapa gitu? Lagian saya bisa sendiri berangkat ke kampus tanpa diantar Pak Dewa." Balas Jihan

"Karena istri harus nurut sama suami."

Deg . . . .

Ini masih permulaan, mereka belum menikah saja rasanya seperti ini, bagaimana jika mereka menikah nanti? Apakah Pak Dewa akan membatasinya untuk hang out bersama teman-temannya? Kalau memang begitu apakah nanti ia tidak bisa sebebas sebelum menikah dengan Pak Dewa.

"Tapi saya nggak mau di kekang."

"Saya nggak bilang mau ngekang kamu tuh."

"Ya nggak ada yang tau kan Pak, bisa jadi setelah menikah nanti Bapak jadi posesif."

"Ya kalau kamu tahu batasan bergaul sama orang-orang disekitar kamu."

Jihan tersenyum "pasti Pak Dewa tipe cowok yang cemburuan ya." Godanya

Pak Dewa mendekatkan wajahnya ke wajah Jihan, mereka sangat dekat sehingga tidak ada jarak diantaranya, Jihan bisa merasakan hembusan nafas Pak Dewa dengan jelas.

"P-pak Dewa mau ngapain?." Tanyanya gugup

"Coba aja macam-macam sama saya, kamu akan lihat sisi lain dari saya."

Tiba-tiba bulu kuduk Jihan merinding, apa-apaan ini mengapa Pak Dewa berbicara seolah-olah ingin menerkamnya.

"S-ssaya m-mmau pergi dulu."

Jihan menjauhkan wajahnya dengan Pak Dewa, ia mendorong dada bidang Pak Dewa agar bisa menjauh, lalu ia membuka pintu mobil itu dan keluar dari mobilnya. Dewa yang melihat tingkah Jihan terkekeh gemas.

Dewa membuka jendela mobilnya lalu ia berkata "setelah selesai kelas tunggu saya disini, nanti saya jemput."

Jihan hanya mengangguk paham, gadis itu masih sangat gugup dengan kejadian di mobil tadi, walaupun bukan apa-apa tapi ia tidak pernah sedekat itu dengan Pak Dewa.

Mobil Dewa melaju meninggalkan Jihan yang masih merasa gugup itu.

"Itu siapa Ji? Cowok lo ya?" Tanya pria yang baru saja datang.

Jihan terkejut reflek menengok ke asal suara, ternyata disana ada Riki. Masih ingat kah dengan Riki? Cowok yang menyukainya selama ini, Jihan khawatir Riki melihat wajah Pak Dewa tadi, mengapa waktunya tidak tepat sekali.

"U-uudah berapa lama lo disini." Jawabnya semakin gugup, ia takut jika ketahuan.

Riki mendekat kearahnya "barusan, setelah mobil hitam tadi pergi"

Jihan menghela nafas panjangnya, ternyata Riki tidak melihat Pak Dewa, ia sangat lega sekarang.

Riki mengamati wajah Jihan "lo kenapa Ji? Kayak lagi kepergok selingkuh sama suami orang aja."

Ingin sekali rasanya ia meninju wajah Riki saat ini juga, bisa-bisanya dia berkata sembarangan "enak aja lo kalau ngomong."

"Habisnya lo gugup banget."

"Bukan urusan lo." Setelah mengatakan itu, Jihan berjalan meninggalkan Riki.

Riki mengerutkan keningnya "cantik-cantik tapi jutek." Gumamnya tanpa didengar Jihan.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang