Aku menerima saran dan kritikan, kalian bisa komentar apapun tentang cerita ini.
~ HAPPY READING ~
****
"Kak ayo cepetan, nanti aku telat!"
Pagi hari yang begitu cerah adalah sebuah fenomena alam yang begitu indah, di pagi hari semua orang seharusnya menikmatinya dengan damai. Tapi tidak dengan kedua kakak-beradik itu. Jihan yang notabe nya gadis lemot di paksa cepat oleh adik nya, alhasil Jia marah-marah tidak jelas, karena hari ini Jia menyuruh kakanya untuk mengantar Jia ke sekolah, melihat sang ayah ada meeting pagi pagi sekali di kantor, ayah nya tidak berkesempatan mengantar Jia pergi ke sekolah, berakhirlah dia menyuruh kakaknya itu mengantarnya. Tapi sudah menunggu 20 menit lamanya, Jihan belum juga turun, entah apa yang sedang Jihan lakukan. Sungguh lelah sekali Jia teriak-teriak dari tadi, tapi tidak ada tanggapan dari sang kakak.
"Kamu cerewet banget sih Ji" akhirnya yang ditunggu-tunggu turun juga, Jihan berjalan menuruni tangga dengan santai, tak peduli dengan Jiana yang sudah kesal itu.
"Lihat nih udah jam berapa, Kakak ngapain aja sih di atas, lama banget" Jiana mencak-mencak karena Kakaknya ini sungguh lelet.
Nita yang melihat perdebatan kedua putrinya hanya tersenyum, Wanita paruh baya itu mendekati kedua putrinya.
"Kenapa sih pagi-pagi udah ribut aja"
"Ini nih bun, Kak Jihan masih pagi bikin aku naik darah aja, lama-lama aku darah tinggi ni" gerutu Jiana dengan mengerucutkan bibirnya.
"Yaelah dandan itu butuh proses Dek, Kakak harus cantik kalau keluar rumah." Ucap Jihan santai.
"Udah-udah jangan berantem lagi, Jihan anter adek kamu kesekolah ya" Nita mencoba melerai keduanya.
"Yaudah Bunda, aku nganter bocah tengil dulu ya." Jiana menatap tak suka, bisa-bisanya dia di sebut sebagai 'bocah tengil'
Keduanya berpamitan kepada Nita, lalu mereka segera tancap gas menuju sekolah Jiana. Mobil Jihan melaju dengan kecepatan sedang, sesaat setelahnya mereka sampai disebuah sekolah yang cukup besar.
Jiana membuka pintu mobil, lalu keluar untuk bergegas masuk kedalam sekolah, hampir saja gerbang tertutup. Ini semua memang karena Jihan, untung saja Jiana bisa lari dengan cepat.
Dalam perjalanan pulang, Jihan diam dia seperti memikirkan sesuatu. Mata nya terus fokus menyetir, tapi pikirannya ke tempat lain. Tepat sekali sekarang Jihan sedang memikirkan chat dari Dara kemarin. Mungkin Jihan memang lupa-lupa ingat dengan sosok pria bernama Dewanta Pancaloka. Memang benar nama Dewanta tidak hanya satu didunia. Tapi apa yang mereka bicaran di grup chat kemarin membuat Jihan terus kepikiran. Siapa sebenarnya Dewanta Pancaloka. Apakah itu pria yang sama dengan Ayah Naya? Memang benar adanya Ayah Naya sangat mirip dengan orang yang beberapa hari lalu bersama Pak Vino, Dosennya.
Di sisi lain, Naya dan Dewa sekali lagi berdebat, entah apa yang mereka debatkan sedari tadi.
"Naya nggak mau sekolah Pa!"
Dewa memijat kepalanya yang terasa pening sekali, akhir-akhir ini Naya menjadi keras kepala dan bandel, semenjak Naya bertemu dengan Jihan, Naya selalu meminta Dewa untuk mengantarnya bertemu Jihan, tapi sudah beberapa kali ia tolak. Tetap saja Naya masih bersikeras untuk bertemu dengan Jihan. Bahkan Risa yang notabenya dekat dengan Naya tidak bisa membujuk Naya, apalagi dirinya yang hanya bisa bergulat dengan tumpukan pekerjaan kantor.
"Naya pengen ketemu Kak Jihan, Naya pengen di anter sekolah sama Kak Jihan!"
"Naya sayang, Papa belum bisa mengabulkan permintaan Naya kali ini, jadi Papa mohon ya sama kamu, sekarang kamu pakai sepatu Naya terus Papa anter Naya kesekolah." Bujuk Dewa entah yang keberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Keren Suami Idaman (Selesai)
RomanceDewanta Pancaloka adalah seorang Duda anak satu, yang memiliki putri bernama Nayanda Anastasia. Dewa memilih untuk menduda selama 5 tahun karena ia masih merasa kehilangan semenjak kepergian istrinya, saat melahirkan Naya, bahkan kedua orang tuanya...