Bab 21

29.3K 876 9
                                    

Di sebuah pantai yang indah itu Dewa dan Jihan memutuskan untuk mengajak Naya, menikmati udara segar nan sejuk itu, melihat keindahan pantai yang berwarna biru, tidak banyak memang yang mengunjungi pantai tersebut, karena pantai ini adalah pantai yang jarang di kunjungi banyak orang, Dewa dahulu sering berkunjung disini bersama kedua sahabatnya, tujuannya mengajak Jihan dan Naya karena ingin melepas rindu, walaupun tidak datang bersama kedua sahabatnya, mungkin akan sangat bahagia mengajak dua orang yang ia cintai ini, Dewa menamati wajah cerita Naya yang begitu senang bermain air di pinggir pantai bersama Jihan, sesekali ia mengingat masa-masa indah bersama kedua sahabatnya disini, di pantai ini adalah tempat bersama sahabatnya melepaskan semua pikiran, baginya bersama kedua sahabatnya adalah hal yang paling indah, tetapi sekarang tak lagi sama, ia harus menerima kepahitan yang menimpa persahabatan kami.

"Papa!" Panggil Naya membuyarkan lamunannya.

Dewa tersenyum dan menghampiri Naya.

"Kenapa kamu diam disana, sekarang waktunya kita melepaskan beban, jangan mikirin masalah kamu." Ucap Jihan

Dewa hanya mengangguk memahami, mereka pun bermain bersama, kebahagiaan terus menyelimuti mereka, saling bercanda dan tertawa adalah cara mereka melupakan masalah sejenak.

Dewa hanya mengangguk memahami, mereka pun bermain bersama, kebahagiaan terus menyelimuti mereka, saling bercanda dan tertawa adalah cara mereka melupakan masalah sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ILUSTRASI

Setelah beberapa saat bermain dipinggir pantai, mereka memutuskan untuk menyudahinya, hari sudah mulai sore mereka memutuskan untuk pergi mencari makanan yang bisa mereka makan, terdapat toko yang menyediakan banyak cemilan dan berbagai makanan, mereka masuk untuk membeli apa yang mereka inginkan.

"Naya mau apa?" Tanya Jihan.

"Naya mau eskrim Ma!" Jawabnya dengan antusias masih dengan pegangan tangan kiri-kanannya Dewa dan Jihan.

Mereka menuju ke freezer yang berisikan banyak sekali eskrim, dengan macam-macam bentuk serta rasa, Dewa hendak mengambil eskrim itu tetapi tangan lain juga ikut mengambil eskrim itu, mata mereka bertemu, Dewa seketika terkejut bukan main, wajah yang dulu pernah ia lihat setiap saat, wajah yang sudah tak asing baginya, perempuan yang pernah singgah di hatinya, perempuan yang sudah lama ia tunggu, ia sangat merindukan sosok perempuan itu, tetapi perpisahan itu membuat mereka berjauhan.

"Dewa?" Ucap perempuan itu ikut terkejut.

Tubuh Dewa seketika seperti tidak bisa di gerakan, tatapannya menjadi sendu, perempuan yang sudah lama tidak ia lihat sekarang kembali, tepat berada di depannya, ia tidak tahu harus menunjukkan ekspresi apa, ia ingin sekali mengatakan bahwa ia sangat merindukan perempuan itu, tetapi ia sudah memiliki Jihan, bagaimana nanti pendapat Jihan jika ia bertindak seperti itu, mungkin Jihan akan salah paham, Dewa merubah raut wajahnya, ia mencoba setenang mungkin menghadapi perempuan itu.

"Hai Wilona, sudah lama kita nggak ketemu." Ucap Dewa dengan senyum tipisnya.

Perempuan yang dipanggil Wilona itu tersenyum menanggapi Dewa "Iya Dewa, kamu apa kabar?" Tanya nya.

Dewa melirik Jihan yang berada di sampingnya, mengapa jadi malah berbasa-basi, padahal niatnya ingin mengakhiri percakapan, ternyata percakapan itu tidak juga berakhir, mengapa Wilona menanyakan tentang kabarnya, ia jadi tidak enak dengan Jihan.

"Maaf, aku harus pergi." Ucap Dewa, tak lagi menanggapi Wilona pria itu malah menggendong Naya lalu menggandeng tangan Jihan, merekapun pergi dari sana.

Wilona yang melihat perubahan dari Dewa merasa sedikit sedih, dahulu Dewa tidak seperti ini, mengapa sifatnya menjadi dingin, padahal dulu mereka saling mencintai, sampai tidak ada yang bisa menganggu mereka, sekarang semenjak Dewa menikah dengan wanita lain, Dewa tidak pernah sekalipun menanggapi pesan maupun telepon nya, mungkin saja perempuan yang ada disamping Dewa itu adalah Istrinya, tetapi ia tidak peduli tentang status Dewa saat ini, ia harus berbicara dengan Dewa bagaimanapun juga . . .

-

Jihan dan Dewa sudah berada didalam mobil, Dewa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sementara Naya sudah tertidur dipangkuan Jihan, dengan keheningan itu mereka tidak juga berbicara satu sama lain, Dewa yang masih sibuk dengan berbagai pertanyaan mengapa Wilona bisa sampai di Indonesia, seperti yang ia tahu bahwa Wilona masih berada di Amerika, tanpa sengaja mereka bisa bertemu tadi itu adalah suatu hal yang tidak pernah Dewa pikirkan, sedangkan Jihan terus penasaran dengan siapa perempuan yang Dewa panggil Wilona itu, apakah mereka pernah ada hubungan dimasa lalu? Entahlah, ia ingin menanyakan itu tapi takut jika Dewa berpikir kalau Jihan ikut campur dengan urusannya.

"Dia Wilona, dulu waktu SMA kita pernah pacaran, setelah lulus SMA mendadak Wilona nggak ada kabar, ternyata dia lanjutin kuliah di Amerika." Ucap Dewa tiba-tiba, Dewa seperti mendengarkan isi hati Jihan.

"Kenapa kamu ngasih tahu aku Mas?" Tanya Jihan, padahal dihati kecilnya yang sangat dalam, Jihan juga amat sangat penasaran dengan Wilona.

"Karena aku tahu pasti kamu bingung tadi, aku nggak mau ada hal yang mengganjal dipikiran kamu, makanya aku mau cerita soal ini, kamu juga harus tahu kalau kita udah nggak ada hubungan apapun."

Jihan mengangguk paham, walaupun sebenarnya ia tidak terlalu ingin tahu karena ia percaya dengan Dewa, tetapi tetap saja Dewa memberitahu soal masa lalunya bersama Wilona.

"Setelah kamu tahu Wilona pergi nggak ngabarin kamu, gimana perasaan kamu waktu itu?"

"Jelas aku marah dan kecewa, bahkan sampai sekarangpun aku masih nggak tahu apa alasan dia pergi tanpa pamit, tapi sekarang aku udah nggak mau tahu soal dia."

"Kalau misalnya dia punya alasan nggak ngasih tahu kamu, apa kamu bakal balikan lagi sama Wilona?" Balas Jihan.

Dewa seketika terdiam, bagaimana bisa Jihan berkata seperti itu, walaupun sejak beberapa jam yang lalu ia bertemu kembali dengan Wilona, tetapi ia tidak lagi menaruh harapan kembali bersamanya, rasa rindu memang ada, tetapi rasa ingin kembali sudah tidak ada semenjak ia menikahi almarhum istrinya, semuanya begitu berubah semenjak ia menikah, perlahan ia bisa melupakan semua kenangan indahnya bersama Wilona, walaupun kadang masih teringat tapi Dewa bukan tipe pria yang suka memainkan hati wanita, setelah Almarhum istrinya meninggal, ia dipertemukan dengan Jihan, sosok perempuan cantik yang tulus mencintainya dan juga Naya.

"Kalau balikan tapi nggak ada rasa cinta mana bisa dijalanin? Aku udah ada kamu Ji, aku nggak butuh wanita lain di hidup aku, cukup kamu dan Naya aja Ji."

Jihan tersentuh mendengar penuturan Dewa, ia sangat beruntung memiliki Dewa yang akan menjadi suaminya nanti, rasanya hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran dua orang yang sangat ia cintai saat ini.

"Makasih ya Mas, aku janji aku bakalan jadi istri dan ibu yang baik buat kamu serta Naya nanti." Balas Jihan masih dengan senyuman diwajahnya.

"Sekaligus buat melayani suami juga kan Jihan?" Ucap Dewa dengan menaik turunkan alisnya.

"Iya nanti kalau udah sah."

"Berarti kalau udah sah kita langsung gas bikin anak kedua ya?"

Sungguh Dewa ini sangat mesum, selalu saja menggodanya, membuat pipi Jihan menjadi merah.

"Dasar Duda mesum!" Balas Jihan sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil.

"Bukan duda lagi dong, bentar lagi jadi suami orang." Kekeh Dewa sambil sesekali mencolek pipi Jihan.

"Mas Dewa!"

"Kenapa itu ngadep situ, pasti pipi kamu udah merah kayak tomat ya." Goda Dewa lagi, tanpa henti Dewa terus saja menggodanya.

"Ihh ngeselin!" Ucap Jihan sambil memukul lengan Dewa cukup keras.

Plak . .

"Aduh sakit sayang" ringis Dewa mengelus lengannya.

"Sayang pantat lo itu!"

***

06 Oktober 2023

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang