Bab 23

27.7K 889 2
                                    


Dimalam harinya, Jihan sudah rapi mengenakan piama berwarna hijau

hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya, seharian ia berdiri menyambut tamu undangan yang datang, ternyata ini sangat melelahkan melihat tamu undangan kantor ayahnya dan papa mertuanya, ia pikir tidak akan begitu banyak yang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya, seharian ia berdiri menyambut tamu undangan yang datang, ternyata ini sangat melelahkan melihat tamu undangan kantor ayahnya dan papa mertuanya, ia pikir tidak akan begitu banyak yang datang. Ia berjalan menuju ranjangnya, ketika ia mau menaiki ranjang, Jihan mematung melihat pemandangan yang menurutnya tidak pernah ia lihat, paling Jihan melihatnya lewat ponsel.

Dewa dengan pedenya melepas piama atasannya, menampakkan perut sixpack itu, badan yang sangat gagah dan tegap itu, Jihan yang melihat itu hanya bisa terdiam, apa ia harus melayani Dewa yang notabene sudah menjadi suaminya itu?

Dewa dengan pedenya melepas piama atasannya, menampakkan perut sixpack itu, badan yang sangat gagah dan tegap itu, Jihan yang melihat itu hanya bisa terdiam, apa ia harus melayani Dewa yang notabene sudah menjadi suaminya itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"M-mas Dewa ngapain?" Tanya Jihan gugup, ia sangat tidak siap dengan situasi ini.

Dewa melempar bajunya asal, lalu ia menatap istrinya dengan heran, Dewa melihat wajah gugup istrinya itu, tanpa sadar pikiran jahil pun muncul di benaknya, ia tersenyum miring.

"Kenapa?" Tanya Dewa

"Ngapain buka baju?."

"Aku kalau tidur emang selalu lepas baju, karena aku nggak bisa tidur kalau nggak lepas baju." Balas Dewa masih dengan pikiran jahil.

Jihan hanya mengangguk, ia salah paham ternyata pikirannya saja yang kemana-mana.

Tiba-tiba Dewa mendekat kearahnya, pria itu semakin mendekat sampai tidak ada jarak antara pasutri itu, nafas Jihan memburu, ia tidak tahu ada apa dengannya malam ini? Mengapa ia semakin gugup berada di dekat Dewa.

"Kenapa wajah kamu merah gitu?." Tanya Dewa.

"Ng-nggak kok." Balas Jihan sambil tersenyum.

"Kenapa? Gugup ya?" Perlahan tapi pasti Dewa menarik pinggang ramping milik Jihan itu hingga mendekat kearahnya, Jihan yang diperlakukan seperti itu kaget bukan main, skakmat.

Wajah mereka saling berdekatan deru nafas bisa Dewa rasakan diwajahnya, gadis ini terlihat merasa gelisah, tetapi niat mau menjahili Jihan, ia malah merasa terangsang. Bibir merah Jihan membuatnya ingin melahapnya.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang