Bab 16

25.8K 897 4
                                    

Setelah menyelesaikan kelas mereka dengan Pak Vino, ketiga sahabat itu mampir kekantin untuk sekedar menyantap mie pangsit beserta es teh sederhana siang itu. Jihan yang biasanya ceria hari ini wajah nya terlihat masam, seperti sedang memikul beban yang sangat berat. Dara dan Amel menyadari suasana hati Jihan.

Dara menatap Amel dengan menggerakkan dagu nya kearah Jihan, memberitahu tentang Jihan, sekedar untuk menanyakan kabarnya sekarang.

"Jihan gimana dengan perjodohan lo sama Pak Dewa?" Tanya Amel sedikit berhati-hati, ia tahu bahwa sahabatnya itu tidak ingin menikah dengan Pak Dewa.

"Iya Ji, lo baik-baik aja kan?" Timpal Dara sembari memegang tangan sahabat nya itu, tepat berada di atas meja.

Jihan tersenyum menatap kedua sahabatnya ini yang sangat peduli terhadapnya, Jihan mengangguk lalu berkata "gue baik-baik aja kok, gue agak kaget aja denger fakta kalau Papa nya Pak Dewa pernah ngebantu keluarga gue"

Dara dan Amel saling menatap "hah maksud lo ngebantu gimana nih?"

"Om Adi pernah bantu Ayah gue buat bangun kembali perusahaan Ayah yang hampir bangkrut."

"What? Seriusan Ji? Itu sebabnya lo dijodohin sama Pak Dewa??" Tanya Dara.

"Bukan Dar, mereka jodohin gue bukan karena itu, orang tua gue cuma mau gue nikah sama pilihan mereka, bagi orang tua gue, Pak Dewa sosok suami idaman yang tepat buat gue."

"Tapi emang bener kata orang tua lo. Pak Dewa suami idaman banget, walaupun punya satu anak tapi Pak Dewa bisa jadi Ayah plus ibu bagi anaknya." Jawab Amel.

"Tapi kan usia kalian beda jauh Ji, apa lagi Pak Dewa ini duda." Ucap Dara.

"Iya gue tau Dar, tapi ya gimana lagi, gue merasa bersalah sama diri gue sendiri, gue nggak bisa buat orang tua gue bahagia." Air mata yang telah ia tahan selama itu akhirnya lolos begitu saja, Jihan menangis sesenggukan.

Dara dan Amel pindah di sebelah Jihan, mereka mencoba menenangkan Jihan dengan memeluk tubuhnya.

"Jihan lo nggak boleh ngomong kayak gitu, gue pun belum bisa bahagiain orang tua gue, lo udah berusaha sebaik mungkin Ji." Ucap Amel.

"Kita tahu kok perasaan lo kayak gimana, kan disini masih ada kita berdua, kita siap dengerin semua curhatan lo, dan kita bakal ngasih solusi sebisa kita, lo masih ada kita Ji, lo nggak sendiri disini." Timpal Dara.

Jihan mengusap air matanya lalu ia berkata"thanks ya Dara.Amel kalian selalu ada disaat gue lagi butuh sandaran, kalian yang terbaik pokoknya." Jihan memeluk kedua sahabatnya itu dengan pelukan hangat.

"Umumu udah ya Jihan jangan nangis, lo pasti bisa." Amel mengusap air mata Jihan yang jatuh dari pipi Jihan.

"Tapi Ji, gimana keputusan lo?" Tanya Dara.

Jihan menghela nafas panjang "gue udah memutuskan buat menerima perjodohan ini."

"Seriusan lo Ji?"

"Lo yakin?"

"Iya, gue yakin."

"Yaudah kalau emang itu keputusan lo Ji, kita bakal dukung, gue harap lo bahagia ya." Ucap Dara.

Jihan mengangguk, mereka kembali berpelukan dan tiba-tiba suara ponsel Jihan membubarkan suasana, Jihan segera mengambil ponselnya lalu melihat notifikasi dari nam Pak Dewa.

Massage from Pak Dewa
Jihan, Temui saya di cafetaria dekat kampus kamu, ada yang mau saya bicarakan.

Jihan menatap layar ponselnya kala mendapati Dewa mengirimkan pesan, Jihan menatap malas pesan itu, tapi ia juga tidak bisa menolak bertemu dengan Dewa, semenjak kejadian perjodohan antara dirinya dengan Dewa, Jihan merasa kesal dan marah kepada kedua orang tuanya, tetapi apa yang dijelaskan kedua orang tuanya semalam membuatnya sedikit sadar, jika bukan bantuan dari om Adi, pasti sekarang ia tidak bisa kuliah seperti sekarang ini, toh sekalian juga ia memberitahu tentang keputusannya untuk mau menikah dengan Pak Dewa.

"Dara, Amel gue pergi duluan ya, gue harus bicara sama Pak Dewa."

"Iya Jihan, lo hati-hati ya, semangat Jihan." Ucap kedua sahabatnya itu.

Jihan hanya tersenyum menanggapi, cewek itu bergegas membawa tas slepang nya lalu berjalan keluar kantin.

-

Disana terlihat, seorang pria berjas abu-abu senada sedang duduk menikmati kopi yang sedang ia minum, Dewa sudah memikirkan apa yang menjadi keputusannya, dijodohkan dengan gadis berusia 20 tahun itu sangat mustahil baginya yang sudah berumur 29 tahun ini, ia tidak ingin memaksanya untuk menjalin hubungan tanpa cinta, apalagi Jihan masih labil, tidak mungkin ia memaksanya untuk menerima perjodohan ini, walaupun hatinya sangat ingin menjadikan Jihan miliknya tapi ia tidak boleh egois.

"Pak Dewa." Panggil seseorang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

"Silahkan duduk."

Jihan duduk didepan Dewa, pria itu terus menatap Jihan tanpa berkedip.

"Pak Dewa mau ngomong apa?."

"Mau pesan dulu tidak?" Tanya Dewa tanpa membalas pertanyaan Jihan.

"Nggak Pak nanti aja, saya juga ada hal yang ingin saya sampaikan."

"Yasudah, kamu duluan saja."

"Nggak bisa gitu dong Pak, Pak Dewa yang ngajak ketemuan dan mau bicara sama saya, bapak duluan aja."

Dewa tersenyum, masih dengan sikap Jihan yang seperti ini, keras kepala, bagaimana nanti ia bisa melupakan Jihan? Mungkin akan sulit melupakan gadis didepannya ini.

"Oke saya akan langsung ke intinya, saya akan menolak perjodohan kita, saya tidak mau memaksa kamu buat menerima perjodohan yang tidak diinginkan ini."

"Tapi saya mau menerima perjodohan kita Pak."

Dewa sedikit terkejut dengan jawaban Jihan, apa semua ini mungkin terjadi? Jihan mau menerima perjodohan ini? Tapi ia tidak boleh senang dahulu, ia harus memikirkan perasaan Jihan, mungkin Jihan terpaksa menerimanya.

"Meski begitu saya tidak bisa Jihan, saya tahu pasti kamu dengan terpaksa menerimanya, saya pengen kamu menerima perjodohan kita dengan tulus dan tanpa ada keterpaksaan atau rasa kasihan terhadap Naya, kamu kan juga tahu Naya sangat menyayangi kamu seperti ibu nya sendiri, tapi saya tidak mau kamu menerima perjodohan kita hanya karena kamu kasihan sama Naya, karena Naya membutuhkan kasih sayang seorang ibu."

"Nggak Pak, saya menerima perjodohan ini karena keinginan saya sendiri, karena saya juga sadar saya tidak bisa jauh dari Naya, jujur saya sudah sangat menyayangi Naya seperti anak saya sendiri." Balas Jihan dengan tulus.

Melihat ketulusan yang ada di mata Jihan, Dewa pun tertegun ia melihat jiwa keibuan di diri Jihan. Tak disangka bahwa Jihan mau menerima perjodohan ini, hatinya berdegup kencang tak kuasa menahan rasa bahagia ini, ia bersumpah akan menyayangi Jihan dan membuat Jihan bahagia.

"Kamu yakin?"

"Iya Pak Dewa, 100% yakin"

***

24 Agustus 2023

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang