Bab 9

39.1K 1.2K 5
                                    

Aku menerima saran dan kritikan, kalian bisa komentar apapun tentang cerita ini.

~ HAPPY READING ~

****

Jihan sekarang sudah berada dirumah, setibanya dirumah, jihan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, cewek itu terlihat memijat pelipisnya. Setelah kejadian tadi pagi cewek itu tidak berhenti memikirkan perkataan Dewa. Hampir saja ia tidak di bolehkan pergi oleh Naya, karena Naya mengira Jihan adalah calon Mama baru. Jadilah Jihan membujuk Naya untuk tidak menghentikan nya pulang. Sebenarnya Jihan tidak enak tinggal disana sehari, mengingat bahwa Jihan dan Dewa tidak ada hubungan apapun. Itu akan menjadi fitnah bagi tetangga yang melihat mereka tinggal satu atap.

Jihan mengambil ponselnya diatas nakas, cewek itu melihat jam sudah menunjukkan pukul 20.18 WIB. Ia berdiri lalu bergegas ke kamar mandi, mungkin jika Jihan menguyur tubuhnya dengan air hangat dia akan merasa lebih baik, tidak terus-menerus memikirkan kejadian tadi pagi.

***

"Woi Jihan!" Ucap cewek berkuncir kuda itu dengan cewek di sebelahnya.

"Lo kemarin kemana? Kenapa nggak ada kabar seharian, setelah lo izin waktu itu?" Amel juga ikut nimbrung.

Mereka sekarang berada di kelas, Jihan mendengus malas, ia sudah mengira kalau akan ditanyai oleh kedua sahabatnya, mereka memang sangat kepo.

"Gue jagain anaknya Pak Dewa" ucap Jihan.

"Ohh jagain anaknya Pak Dewa" balas keduanya kompak.

Amel dan Dara saling menatap, anak Pak Dewa? Itu berarti Jihan dan keluarga Dewa sangat dekat dengannya, hingga mereka berdua menyadari pengakuan Jihan, maksudnya?

"What! Anaknya Pak Dewa!" Ucap keduanya bersamaan.

Jihan melotot ketika kedua sahabatnya berteriak menyebut nama Dewa. Cewek itu seketika panik, semua orang yang berada di kelas menatap ketiganya mengintimidasi, ingin sekali Jihan menutup mulut kedua sahabatnya itu dengan lakban.

"Kaget sih kaget, tapi mulutnya jangan keras-keras dong anjing!" Tegur Jihan menatap kedua sahabatnya dengan tatapan kesal.

Amel dan Dara hanya menyengir kuda, dengan wajah tidak bersalah, Jihan tersenyum kepada teman-temannya seperti mengatakan "maaf".

"Hehe maaf, habisnya kita reflek" balas Amel cengengesan.

"lo berdua tahu sendiri kalau Pak Dewa terkenal dikampus kita, kalau mereka tahu gue yang kena." Kata Jihan lirih, untung saja Pak Vino belum datang, jika Pak Vino tahu, mereka akan di marahi habis-habisan karena berisik.

"Ya nggak masalah dong, kan Pak Dewa Duren." Ucap Dara dengan mengedipkan mata alias nge wink.

"Pak Dewa manusia bukan buah" celetuk Jihan tidak habis pikir dengan Sahabatnya itu.

Amel menoyor kepala Jihan membuat sangempunya mengaduh kesakitan "Duren itu artinya Duda keren anjing, kenapa lo bego banget sih Jihan"

"Apanya yang keren, biasa aja tuh" Balas Jihan.

"Iya Pak Dewa emang keren banget" mungkin mulut bisa berbohong tapi hati tidak bisa, Jihan tersenyum simpul sampai tidak terlihat.

"Mata lo katarak ya, cowok ganteng, keren, dan pengusaha muda kayak Pak Dewa dibilang biasa aja" balas Dara menatap sinis Jihan.

Duda Keren Suami Idaman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang