Ch 16

1.4K 138 9
                                    

–🇸​​​​​🇼​​​​​🇪​​​​​🇪​​​​​🇹​​​​​ 🇵​​​​​🇴​​​​​🇮​​​​​🇸​​​​​🇴​​​​​🇳​​​​–

Jaemin dan Haechan. Perpaduan yang dihubungkan melalui Mark sebagai perantara. Jaemin mengenalnya setelah beberapa minggu pernikahannya dengan Mark. Mark mengenalkan Haechan pada Jaemin seperti tidak ingin membuang waktu. Tapi kenapa dia harus berlama-lama mengenalkan Haechan pada orang tuanya?! Membuat hubungan mereka semakin rumit.

Jaemin meluangkan waktu pulang kerja untuk menemui pria itu setelah mendapati kabar darinya siang tadi.

Café Dream. Kedai kopi kekinian yang berada ditengah-tengah kota dekat dengan perusahaan tempat Jaemin bekerja. Tidak seperti Mark maupun Haechan yang lebih suka tempat mahal dan mewah bak kerajaan, untuk makan Jaemin lebih suka tempat yang santai dan kekinian. Dengan berbagai pelayanan nuansa modern sesuai pemandangan kesibukan Seoul. Lagipula siapa yang tidak suka hal mewah? Asal itu tidak berlebihan, tidak masalah.

Keduannya menyesap kopi yang sudah beberapa menit terhidang. Tanpa kata pengantar, tanpa basa-basi. Menunggu salah satunya berbicara.

Dari tempatnya sangat kentara Haechan resah entah karena sesuatu. Duduknya yang tidak nyaman membuat Jaemin mengernyit dalam. Mungkin tempatnya tidak sesuai seleranya, tapi Jaemin masa bodoh. Toh dia sendiri yang mengajak bertemu disini.

“Ada apa sebenarnya?” Jaemin yang kurang sabar melihat tingkah Haechan, ikut tidak nyaman.

Pria yang dipandang hanya menghembuskan napasnya seolah sedang memberanikan diri. Tangan Jaemin yang berada diatas meja diraihnya. “Jaemin, tolong aku.”

Ada apa denganya?

“Mark memutuskan hubungan kami.” Tangannya mulai meremat jemari yang lebih kurus. “Dan itu ada hubungannya dengan orang tua Mark.”

Jaemin hanya mendengar dengan seksama. Tanpa memotong sedikitpun.

“Kau tau kan? Mark dan aku melewati banyak hal untuk hubungan kami. Kami saling mencintai. Aku sangat mencintainya. Melebihi diriku sendiri.”

Tidak ada waktu untuk mendengarkan tentang betapa omong kosongnya cinta mereka yang setinggi langit. Tapi Jaemin mungkin akan merasakan hal yang sama jika berada diposisi Haechan saat ini.

Jaemin tidak ingin mendengar betapa berharganya cinta yang mereka agung-agungkan. Itu semakin membuatnya terluka karena berada diposisi yang tidak seharusnya.

Haechan-lah yang lebih pantas mendampingi Mark. Bukan dirinya.

Lama terdiam. Jaemin tak tau harus bersikap seperti apa. Dia bukanlah seseorang yang pintar merangkai kata-kata.

“Lalu apa yang kau inginkan?”

“Tolong katakan padanya, aku tidak ingin kami berakhir.”
“Aku harus seperti apa, agar orang tuanya menyukaiku?”
“Aku bahkan belum pernah bertemu dengan mereka meski bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Mark.”
“Kau temanku kan? Kita tidak pernah bermasalah apapun. Tolong bantu aku kali ini.”
“Kau ingin apa? Tas? Mobil? Apapun itu akan kuberikan. Tapi tolong bantu aku.”

Jaemin menarik tangannya agak terpaksa. Perhatiannya tidaklah pantas dihargai hal remeh yang bisa dibeli dengan uang atau barang. Tas, mobil atau apapun. Dia bisa membelinya dengan bekerja keras. Sedikitnya ucapan Haechan melukai harga diri Jaemin yang terbiasa mandiri.

S͢w͢e͢e͢t͢ P͢o͢i͢s͢o͢n͢「𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛 𝐹𝑡. 𝑀𝑎𝑟𝑘ℎ𝑦𝑢𝑐𝑘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang