Ch 23

1.3K 125 8
                                    

– 🇸​​​​​🇼​​​​​🇪​​​​​🇪​​​​​🇹​​​​​ 🇵​​​​​🇴​​​​​🇮​​​​​🇸​​​​​🇴​​​​​🇳​​​​​ –

Keyboard laptop berbunyi nyaring dengan tangan berurat yang memijit cepat tiap huruf atasnya, berkas dalam file bermunculan saat cursor membuka e-mail masuk. Empunya yang mengenakan kacamata anti radiasi membaca deretan huruf yang tersusun rapi dengan wajah datar. Netranya konstan melihat layar benda elektronik itu sesekali ke arah ranjang dimana seseorang tertidur nyenyak.

Ponsel Jaemin yang berada didekat pahanya terus bergetar, tampilan layar menunjukkan beberapa pesan dari nama orang yang sama. Jeno mendengus kesal. Mengganggu saja!

Sedetik berubah dalam genggamannya bergetar. “Bajingan ini kenapa?!” sekali lagi bergetar dengan nama yang sama, Jeno kemungkinan akan membantingnya!

Dan ya, selamat tinggal ponsel Jaemin.
Mark is calling....
Ucapkan paypay.

Tunggu.

Jeno punya ide yang bagus. Bibirnya membentuk seringaian mengerikan.

Sebelum layar ponsel itu mati, Jeno mengangkat panggilan Mark.

Pria itu berjalan kearah balkon agar suaranya tidak mengganggu Jaemin yang masih tidur.

Terdengar suara Mark memanggil Jaemin dipendengaran Jeno.

Belum bertanya lebih lanjut, Jeno sudah menginterupsi.

“Jangan berisik! Dia sedang tidur. Urusi selingkuhanmu, jangan mengganggunya!” to the point, padat, ambigu.

Jeno hampir terbahak mendengar Mark yang kaget dan memprotes apa yang sudah dilakukannya dengan kata ‘tidur’. Tapi dia tidak membalas. Panggilan dimatikan sepihak.

Rasakan.
“Kau tidak boleh serakah, Mark.”

Jeno meletakkan ponsel itu menjauh. Jika tau apa passwordnya sudah pasti dia akan mengganti mode pesawat. Atau? Dimatikan saja. Selesai.

Kembali masuk kedalam guna mengecek si manis apa sudah bangun atau belum, Jeno berjalan hati-hati. Terlalu nyenyak sampai bisa mengalahkan putri tidur rupanya. Mengingat bahkan dia kelihatannya sering begadang hingga pagi atau kelelahan karna dia suka mengusili Jaemin dengan permintaan-permintaannya yang aneh, dirasa mungkin wajar kali ini dia sakit setelah mendapat pertanyaan tentang orang tuanya dari ayahnya sendiri. Jaemin benar-benar kelelahan. Fisik juga mentalnya.

Jeno mengelus lembut rambut Jaemin yang mulai lepek karna keringat. Haruskah dia mandikan? Oh apa orang sakit boleh mandi?

My beautiful moon ... jangan terlalu lama sakit. Aku merindukanmu.” Jeno mengecup pipinya yang sudah tidak chubby lagi. “Lihat, bahkan mochi-ku sudah berkurang beberapa gram.” Dia mengelus lembut pipi yang sebelumnya terasa gembul jika dicium.

“Kau harus sehat. Aku lebih suka kau yang marah-marah daripada tidur seperti ini. Kau boleh marah sesukamu padaku.”

“Apa kau tidak merindukanku?”

Jeno mengingat bagaimana pertama kali bertemu.

Dia yang ingin jalan-jalan untuk mengetahui pembeda London dan Seoul. London baru beberapa hari ditinggalkannya, dia malah ingin pulang. Padahal Jeno orang Korea asli. Kehidupan London yang bebas yang sangat disukainya tiba-tiba terkekang aturan Korea. Sungguh memuakkan. Apalagi dalam beberapa hari harus bertemu orang tuanya yang kolot.

Lotte World menghadirkan keramaian itu. Juga menghadirkan seseorang yang saat ini dipeluknya. Tanpa sadar, dia mengikuti Jaemin. Bahkan mau berdesakan masuk lift. Tidak peduli dengan orang disana sama sekali, karna sedari awal atensinya dimiliki si manis.

S͢w͢e͢e͢t͢ P͢o͢i͢s͢o͢n͢「𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛 𝐹𝑡. 𝑀𝑎𝑟𝑘ℎ𝑦𝑢𝑐𝑘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang