Ch 34

1.6K 119 9
                                    

》🇸​​​​​🇼​​​​​🇪​​​​​🇪​​​​​🇹​​​​​ 🇵​​​​​🇴​​​​​🇮​​​​​🇸​​​​​🇴​​​​​🇳​​​​​《

Perjalanan menuju bandara terasa sangat lama. Sesekali Jaemin menyuruh Mark menambah kecepatan mobil yang mereka naiki. Pagi ini Renjun dan Lucas menghebohkan seisi apartemen mereka dengan kedatangan tak diundang membawa kabar tentang kepergian Jeno ke London. Pria itu mengambil penerbangan paling pagi. Efek dari patah hatinya karna penolakan Jaemin.

Jaemin bahkan baru tertidur satu jam dari semalam. Kemarahan Jeno membuatnya tidak bisa memejamkan mata.

“Tenang, Na. Dia pasti terkejar.” Mark disampingnya menenangkan si manis yang gusar.

“Bagaimana jika dia meninggalkanku?” Jaemin harus mengatakan perasaannya sebelum terlambat.

“Aku tidak akan meninggalkanmu, sekalipun dia pergi.” Mark menggenggam sebelah tangannya yang bebas.

Tidak. Itu bukan jawaban dari orang yang dia inginkan.

제노ㅑ 제발 ㅡJeno-ya, jebal.

Tangannya saling meremas untuk menghilangkan risau, menggigit kuku jari yang hampir mengelupas. Kondisi Jaemin saat dilanda panik sejadinya.

Begitu sampai, dia berlari masuk ke dalam. Mengabaikan Mark yang masih betah di dalam mobil.

Pria itu melihat cincin pernikahan mereka, cincin berukir nama Jaemin yang sangat ia hafal. Dan mungkin kali ini harus direlakan.

Perasaan sendunya, kecewa, sedih menjadi satu. Memang tidak mudah menghapus jejak kenangan, karna itu memang tidak akan bisa. Mark hanya berharap untuk hatinya segera pulih, agar tak lagi goyah dalam mencintai seseorang. Baik Jaemin maupun Haechan berada di dalam hatinya. Masing-masing menempati bagiannya tersendiri. Kesalahan terbesarnya yang membuat mereka pergi.

Ⓢⓦⓔⓔⓣ Ⓟⓞⓘⓢⓞⓝ

“Jeno-ya...” napasnya terputus-putus, memanggil seseorang yang sedang duduk dengan kepala menunduk. Wajahnya hampir tidak kelihatan karena rambutnya yang sudah memanjang jatuh menutupi sebagian muka. Jaemin masih mengenalinya. Masih bisa melihat sorot mata sendu itu. Lingkaran dibawah mata yang sama, mata yang memerah seperti habis menangis.

Langkah Jaemin memelan, begitu jarak diantara keduanya mulai terkikis. Namun sorot mata sendu itu berubah tajam. Alisnya menukik. Menyorot penuh geram akan kemarahan. Hatinya masihlah sakit karna kepergian Jaemin menandakan ia sudah menolaknya.

Jeno tidak mau melihatnya. Dia membuang muka ke manapun asal tidak bertemu pandang dengan si manis.

Jaemin menitikan air mata, kenapa sakit sekali saat Jeno mengabaikannya. Melebihi sakitnya ketika Mark meninggalkan dia dipinggir jalan. Melebihi sakitnya ketika Mark memilih menemani Haechan daripada kesendirian Jaemin.

Jeno terlalu jauh masuk ke dalam hatinya.

“Jeno-ya..” panggilan itu tak bisa lagi diabaikan, Jaemin berdiri tepat didepannya. Jeno ikut berdiri.

“Mau apa kau datang kemari?!” nada dinginnya tak bisa dikenali Jaemin. Jeno tidak akan berkata seperti itu. Tanpa sadar air mata lolos membasahi. Bibirnya bergetar hanya untuk mengucap nama pria di depannya, yang masih belum mau menatap wajahnya.

“Kali ini aku yang akan datang padamu. Aku berlari ke arahmu. Aku yang akan menemuimu lebih dulu.”
“Aku menemui kekasihku.” Dé jàvu. Itulah kata-kata Jeno beberapa waktu lalu. Tiap kali mereka bertemu. Jaemin mengingat kata kekanakan itu, yang kali ini terasa maknanya.

S͢w͢e͢e͢t͢ P͢o͢i͢s͢o͢n͢「𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛 𝐹𝑡. 𝑀𝑎𝑟𝑘ℎ𝑦𝑢𝑐𝑘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang