Ch 18

1.4K 133 11
                                    

- Sweet Poison -

Mark termenung sendirian. Kamar apartemen miliknya dengan Haechan sudah redup digantikan nyala lampu tidur beberapa jam lalu. Tapi kelopak matanya yang berat tetap tidak mau tertutup sekalipun raganya kelelahan.

Disampingnya Haechan tertidur sambil memeluknya. Masih basah dengan air mata yang turun menggetarkan dada.

Selalu seperti ini.

Mark sudah berhasil menjadi pria brengsek. Dan egois.

Sungguhpun hatinya tak sanggup melihat kecewa lebih banyak dimata orang tuanya. Hingga memerangkap dua orang tanpa mau melepaskan salah satu. Yang menjadikan baik Haechan maupun Jaemin sama-sama terluka.

Mark mengusap cincin polos di jari manis, cincin yang tersemat nama pria yang juga menempati hatinya tanpa bisa dia tolak. Meski tanpa penerangan jelas dan hanya bisa mengandalkan remang lampu kuning hangat juga lampu jalan yang terbias, Mark masih hafal ukirannya.

Beralih pada seseorang disisi kanan yang begitu menyedihkan. Dia mengusap kepalanya dengan lembut. “Maafkan aku.”

“Aku mohon bertahanlah sedikit lagi. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu.”

“Aku sangat mencintaimu.”
Melebihi perasaanku pada Jaemin.

Hembusan napasnya mengaburkan kalimat terakhir tanpa terucap.

“Kita pasti bisa melewati ini sekali lagi. Tetaplah disampingku.”

“Haechan-ah.”



“Dia tidak bisa dihubungi?”

Jaemin menjawabnya dengan deheman. Menatap datar layar ponsel tanpa balasan sebelum mengantongi ke dalam saku. Lalu berbalik dan menatap Jeno sekilas, “Terima kasih makanannya. Aku akan pulang.” Dia masih malu karena menangis, jadi tidak suka berkontak mata terlalu lama.

Jeno melihat wajah Jaemin yang masih merah, terutama hidung dan kelopak matanya yang bengkak. Dia tidak ingin cepat berpisah, tapi juga tidak bisa membiarkan Jaemin menginap ditempat yang berserakan belum terurus sepenuhnya. Lagipula jika iya, memangnya Jaemin mau menginap?

Saat masuk lift-pun keduanya hanya saling terdiam.

“Mmm.. Jeno.”

“Ya?”
syukurlah dia menjawab dengan biasa, bukan kata gurauan.

“Terima kasih.”

“Hanya makanan.”

“Bukan. Tapi‐” lama terpendam, Jaemin sulit melanjutkan.

Mengernyit dalam memperhatikan  si manis. Pintu lift sudah terbuka di lantai dimana Jaemin tinggal. “Bukan masalah besar. Jika kau butuh sesuatu datanglah padaku. Aku akan memeluk dan menci-”

“Sudah. P-pokoknya terima kasih.” Jaemin berlari menuju apartemennya menyembunyikan semburat di wajahnya yang masih merah. Sampai di apartemen, dia menutupnya dengan kasar hingga gedebum menggema memerkakkan telinga.

Jeno terkekeh melihatnya lucu.

“Benar-benar sialan Lee Jeno!!” Jaemin membenamkan kepalanya  ke bantal.  “Dasar mesum!!” Jaemin terbayang ucapan tidak senonoh si pria Lee.

S͢w͢e͢e͢t͢ P͢o͢i͢s͢o͢n͢「𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛 𝐹𝑡. 𝑀𝑎𝑟𝑘ℎ𝑦𝑢𝑐𝑘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang