Ch 22

1.3K 111 17
                                    

- 🇸​​​​​🇼​​​​​🇪​​​​​🇪​​​​​🇹​​​​​ 🇵​​​​​🇴​​​​​🇮​​​​​🇸​​​​​🇴​​​​​🇳​​​ -

Mark memandangi Haechan dengan sendu. Tangannya terulur mengusak lembut rambut pria manis itu.

“Aku suka tempat ini.” Haechan memulai pembicaraan.
“Ramai. Banyak orang.”

“Kau suka karna banyak orang?”

Haechan meneleng. “Lihat! Banyak permainan seru disini.”

Mereka sedang berada di Lotte World. Haechan dan Mark menyewa seragam sekolah, mereka sedang berperan sebagai siswa.

“Memakai seragam seperti ini membuatku bernostalgia.” Haechan tersenyum senang memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Mark sedang membenarkan dasi milik Haechan yang melenceng. “Kau dulu juga begini.”

“Karna kau bandel. Selalu melanggar peraturan kedisiplinan.” Haechan yang diceramahi mengerucutkan bibirnya.

“Tuh kan, mulai lagi.”

Mark tertawa. “Bukannya memang begitu?”

“Kau memang tidak asik, Mark.”

“Nah, selesai.” Mark menepuk-nepuk dasi dan sweater yang Haechan kenakan.

“Bukankah aku tampan?! Seharusnya aku dulu banyak berkencan. Tidak terjebak denganmu, Mark.” Kali ini Haechan yang tertawa melihat raut wajah Mark yang tidak terima. Bercermin sekali lagi sebelum memulai drama mereka sendiri.

Haechan menggenggam sebelah tangannya dibawa dagu seolah sedang membawa mic. “Diperankan oleh Pudu aegi yang cantik dan manis... juga-” Haechan mendorong kepalan tangannya pada Mark untuk berpura-pura ikut berbicara menggunakan microfon tanpa raga.

Mark ragu tapi tetap mengikuti. “Baby Lion yang keren dan tampan.” Narsisnya.

“Hu-uh. Padahal tadi seperti tidak suka.” Mereka berjalan ke studio berisi bangku-bangku sekolah yang berjejer rapi. Ruang sekolah didesain minimalis untuk menunjang peran mereka. Dengan nuansa yang terlihat mirip seperti sekolah sungguhan.

“Siapa yang bilang tidak suka?”

“Sudah Mark, cepat berikan bukumu. Aku belum mengerjakan PR.”

Mark tertawa keras. Benar-benar mirip saat mereka masih sekolah dahulu.

“Kita kan tidak satu kelas.”

“Bisa tidak sih kau ikut saja skenarioku?!” Haechan menatapnya tajam dengan main-main.

“Bagaimana ini? Aku juga lupa tidak mengerjakan PR-ku.” Mark merogoh tas sekolah yang tadi berada dipunggungnya. Menoleh pada Pudu aegi yang membawa tas bulu bentuk beruang. “Kau yakin membawa tas seperti itu?”

“Memangnya kenapa? Ini imut tau!” Pudu mengangkat tas itu lalu memeluknya, merasakan lembut serat bulunya.

Mark hanya tersenyum memperhatikan. Mereka berada disana beberapa saat sambil berceloteh.

“Ayo keluar. Kau pasti sudah lapar.” Mereka memang memerlukan waktu yang lumayan untuk menyewa seragam itu. Antrian panjang yang mengular dari berbagai macam orang dengan usia berbeda.

“Tunggu Lion.” Haechan menahan lengan Mark yang akan menariknya keluar. “Kita harus foto dulu. Jarang kita bisa melakukan yang seperti ini.”

Lion setuju dan mengeluarkan ponselnya. Pudu mengecek sekali lagi penampilannya. “Seharusnya tadi aku memilih rok pendek.” Gumamnya.

S͢w͢e͢e͢t͢ P͢o͢i͢s͢o͢n͢「𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛 𝐹𝑡. 𝑀𝑎𝑟𝑘ℎ𝑦𝑢𝑐𝑘」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang