part 8

165 21 0
                                    

HAPPY READING
TYPO BERTEBARAN
.
.
.
.
*

Kenzo bingung karna memang tidak mengetahui banyak hal membuatnya keluar dari ruangan UKS diikuti oleh alvano yang menyusul dari belakang. "Gue tidak mau lo kenapa-kenapa" ucap kenzi membuat amora terkekeh.

"Gue lebih takut Lo yang kenapa-kenapa dengan sifat wakil ketua Lo" balas amora lalu berdiri berjalan kearah kayla.

"Lo enggak mau tau siapa pelakunya" tanya amora membuat Kayla menatap kearah sang empun lalu terdiam bingung kenapa amora menanyakan perihal itu.

"Kenapa siapa pelakunya" tanya kayla. "Gue".

Kayla membulatkan matanya sempurna lalu berdiri. "Maksud lo, Lo apain adriane" tanya kayla kaget.

Amora terdiam memberi kode untuk menyuruh Kayla keluar membuat Kayla terdiam namun melangkah keluar. Kenzi bingung karna baru saja iya ingat jika di kejadian itu adriane sangat patuh dengan amora begitu pula dengan kayla membuat nya terdiam.

"Keluar" pinta amora membuat kenzi menggeleng.

"Tidak, jangan sampai kau membunuh adriane disini dan kau ada Maslah apa dengan nya".

Amora mengangkat bahunya acuh lalu terduduk di sofa yang ada. "Gue tidak memberikan nya racun jadi tenang lah itu hanya--" ucapannya terpotong karna pintu terbuka menampilkan alfareza dengan dua perawat yang seperti nya petugas rumah sakit.

"Boleh di bawah sekarang kondisinya bisa memburuk" ucap petugas tersebut lalu amora mengangguk membuat bangkar tempat tidur adriane di gotong keluar.

Menatap kepergian adriane membuat Amira berjalan keluar diikuti oleh kenzi namun beda hal dengan amora yang di cekal oleh alfareza. "Sayang kau kenapa" tanya alfareza membuat amora menggeleng.

"Gue duluan kerumah sakit kalian nyusul sama yang lain" pamit kenzi membuat alfareza mengangguk.

Hanya ada dua orang yang ada di ruangan tersebut. "Kenapa diam, kau kenapa maaf jika kau cemburu melihatku membawa adriane" ucap alfareza.

Amora menatap mata alfareza yang seakan tulus meminta maaf kepada nya. "Nyawanya seakan di rengkut sayang kau kenapa, kau kan bersamanya sahabat".

Amora menempelkan telunjuknya tepat ke bibir tipis alfareza sehingga sang empun terdiam membisu. "Diam, mending sekarang kita kerumah sakit" pinta amora membuat alfareza menggeleng.

"Sebelum lo maafin gue" ucap alfareza membuat amora hanya berdeham singkat.

"Yang bener sayang jangan hm doang" gerutu alfareza membuat amora terkekeh kecil mendengar gerutuan sang pacar yang seakan manja.

"Males" balas amora berjalan keluar namun terhenti dengan alfareza menarik nya sehingga tubuhnya seakan sudah bersentuhan dengan tembok.

Alfareza mengungkung amora di dalamnya yang terdiam tanpa ekspresi. "Repeat darling" pinta alfareza.

Amora menggelungkan tangannya di leher sang empun tatapnya penuh isyarat seakan tidak membahas kembali apa yang harus di lupakan. "K-kenapa" tanya canggung alfareza.

"Jilat ludah sendiri hm" tanya balik amora membuat sang empun membuang muka kearah lain. "Sudah jangan di bahas mending kita kerumah sakit" putus alfareza.

"Gue lagi mager" sindir amora melepas gelungannya.

"Jangan banyak tingkah, sini jalan" kesal alfareza menyertai tubuh amora keluar sehingga sang empun menyetak tangan alfareza kasar.

"PEKA DIKIT LAH!, GILIRAN GUE LO MALAH ENGGAK PEKA GILIRAN ORANG LO PALING GESIT" pekik amora kesal sehingga beberapa siswa ya bh g lewat kaget.

Alfareza meringis namun lebih memilih untuk merangkul sang empun lalu menyeretnya keluar dari lorong sekolahan. Banyak pasang mata terus saja memandang kearahnya begitu pula dengan amora yang hanya mencibir kesal.

Amza II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang