•Sweetest Student 1•

1.9K 292 3
                                    

Selamat membaca 🙇🏻

-
-
-
-

Mungkin beberapa orang menilai profesi Guru adalah salah satu pekerjaan yang kurang menjanjikan dalam urusan materi. Tapi beberapa dari yang lain juga menilai jika profesi Guru adalah salah satu pekerjaan yang mulia. Bahkan ada pepatah yang mengatakan jika Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa.

Itu lah yang aku pikir saat memutuskan untuk berkuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan setelah lulus memutuskan untuk menjadi Guru di sebuah Sekolah Menengah Akhir. Ayahku juga seorang Guru PNS, beliau adalah Guru Sejarah di sebuah SMA swasta, berbeda denganku yang memutuskan untuk mengajar di SMA negeri.

"Masih disini Bu? Emang gak ada kelas setelah ini?"

"15 menit lagi ada kelas di 12 C, pak"

Guru yang menyapaku itu tersenyum dan duduk ditempatnya. Beliau adalah Pak Kimo, salah satu guru Kimia di SMAN 12. Usianya sama dengan Ayah, 47 tahun. Di sekolahku, aku termasuk ke dalam kategori guru muda. Aku baru mengajar disini setahun, usiaku 24 tahun.

Yessica Tamara, itulah nama lengkapku. Cukup panggil Chika agar tidak terlalu panjang. Di SMAN 12 aku mengajar 6 kelas saja. 2 kelas atas dan 4 kelas bawah. Sebenarnya jika boleh jujur, aku lebih suka mengajar kelas bawah yang muridnya masih kelas 10 atau 11 SMA. Mengapa begitu, karena aku cukup kewalahan menghadapi kenakalan para kelas 12. Tapi itulah resikonya menjadi seorang Guru.

Tak jarang aku mendapatkan kejadian buruk dari muridku. Berkali-kali aku selalu mendapat perilaku bully dari mereka. Mungkin karena aku masih muda jadi mereka berpikir jika aku tidak bisa marah dan sebagainya. Aku bisa saja marah, tapi kurikulum dan perkembangan pendidikan sekarang sungguh berbeda. Aku tidak bisa menerapkan sistem pendidikan saat aku bersekolah, bisa-bisa viral nanti.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Segara ku bawa beberapa buku materi dan sebuah laptop. Siang ini jadwal mengajar di kelas 12 C. Satu-satunya kelas yang mendapat gelar kelas paling nakal dari semua guru.

"Selamat siang anak-anak," sapaku

"Siang Bu."

Hanya beberapa saja yang membalas sapaanku. Sedangkan yang lain sibuk dengan urusannya sendiri. Aku menghela nafas panjang karena tidak bisa mengatur mereka. Pernah sekali aku menegur dan mengatur mereka, justru aku mendapat balasan yang amat buruk dari mereka. Sekarang cukup fokus mengajar saja, urusan di dengar atau tidak terserah mereka. Begitulah prinsipku jika mengajar di kelas 12 C.

"Hari ini kita lanjut materi yang kemarin ya, tentang sistematika penulisan makalah dan proposal."

Setidaknya aku tidak merasa gila karena berbicara sendiri. Ada 2 siswa yang duduk di bagian depan tengah memperhatikanku. Mereka adalah 2 orang yang paling pintar di kelas ini. Ingin rasanya aku memindahkan mereka berdua ke kelas lain agar mereka bisa nyaman melaksanakan kegiatan belajarnya.

"Santai dong, gue kan udah minta maaf!"

"Ya tapi lo keterlaluan, Lo boleh ngatain gue seenaknya tapi jangan bawa-bawa orangtua!"

"Lo juga ngatain gue bangsat!"

"Gue ngatain Lo bukan ngatain orangtua Lo!"

P R A G M A • {Chikara Series}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang