6. Family time

1.4K 145 1
                                    

Setelah sakit selama dua hari, kini Rain telah sembuh. Bungsu dari keluarga Wiratama itu kembali aktif seperti semula. Tak ada lagi Rain yang lemas dan terus mengeluhkan pusingnya. Yang ada hanyalah Rain dengan segala tingkahnya.

Rain yang kembali sehat dinilai oleh ketiga kakaknya menjadi lebih cerewet, lebih banyak lagi tingkahnya yang membuat ketiganya geleng-geleng kepala. Termasuk Sabiru yang selama ini menjadi partner in crime-nya.

"Mau kemana lo sore-sore gini ?", tanya Biru saat melihat Rain yang hendak membuka pintu utama.

"Main sama anak komplek", jawabnya.

"Anak komplek mana ada yang seumuran sama lo anjir, ada juga bocil-bocil noh", ucapnya.

"Ya itu, mau main sama mereka", balasnya yang tentu mengejutkan Sabiru.

"Yang bener aja, nggak nggak !! Ntar lo gondol satu lagi buat lo bawa pulang. Gue bilangin Kaje sama bang Andra nih ya lo mau nyulik anak orang lagi", ancamnya pada Rain.

"Ah elah, timbang main doang. Bentar doang kok, bentar", tawarnya pada Sabiru.

"Nggak, udah sih lo main sama gue aja", ucapnya.

"Nggak, yang ada gue cuma dijadiin babu sama lo", tolaknya.

"Enggak, yang ini beneran, gu—

ucapannya terpotong sebab kini terdengar suara mobil yang terhenti didepan rumah mereka.

"Bang Andra ? Tumben pulang sore, dipecat kah ?", ucap Rain dengan sembrono.

"Sembarangan, ngga mungkin bang Andra. Orang dia bilang ada kerjaan tadi. Lo ada berbuat salah nggak hari ini, ntah-ntah itu orang mau nangkep lo. BNN jangan-jangan", tebak Sabiru yang lantas mendekat ke arah Rain.

"Enak aja, gue main aman kok. Lo kali, tagihan pinjol", keduanya masih mendebat hal yang tak ada gunanya, sampai akhirnya tak lama setelahnya terdengar pintu yang dibuka. Rain yang berada didepan pintu itu reflek menoleh.

"Hal—

"MAMAAAAAA !!!", teriaknya begitu pintu utama terbuka dan menampakkan sosok yang selama ini ia tunggu kepulangannya.

"Buset, langsung ngreog", ucap Sabiru dengan pelan melihat tingkah kekanak-kanakkan Rain.

"Waduh, telinga mama dek", keluh sang mama sambil membawa Rain dalam pelukannya.

"Hehe maaf ma. Waaah, ini beneran mama ? Rain ngga mimpi kan ma ?", ucapnya yang tak percaya.

"Lebay banget, ya iya ini mama. Emang siapa lagi kalo bukan mama ?", tanyanya dengan heran.

"Pangling, kirain bukan mama, soalnya cantik banget. Jadi naksir", satu cubitan Rain dapatkan di pipi kanannya setelah ia menyelesaikan ucapannya.

"Ngawur banget, ngledek ya ? Mentang-mentang mama udah tua, trus kam—

"Engga ma, beneran cantik. Rain jadi kepikiran, kalo nanti Rain punya pacar pasti susah soalnya mesti nyari yang cantiknya kaya mama", ucapnya.

"Gombal banget, ajarannya siapa ?", tanpa ragu Rain menunjuk Sabiru.

"Mana ada, sembarangan, emang dasarnya lo yang buaya", tuduhnya balik pada Rain.

"Kirain mama pulang mepet besok Sabtu, ternyata malah hari ini. Niatnya tadi mau ngajak Rain buat bikin surprise malah kena surprise duluan", ucap Sabiru pada sang mama.

"Kerjaan papa udah lumayan senggang, jadi ya pulang sekalian aja. Gimana nak ? Sehat kan ? Selama ditinggal mama sama papa ngga ada masalah kan ?", tanyanya sambil membawa Biru dalam rangkulannya.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang