22. Changed

1.8K 201 19
                                    

Benar perkiraan Andra jika Rain terbangun saat tengah malam. Ia yang saat itu selesai buang air, melihat Rain yang terbangun sendirian di ranjangnya. Tak ada yang Rain lakukan, ia hanya diam sambil menatap langit-langit kamar rawat inapnya.

"Rain", panggilnya dan ia pun menoleh.

"Kebangun ? Kenapa ? Ada yang sakit ?", Rain menggeleng pelan.

"Oh atau mau makan ? Kata suster boleh kok. Tadi juga dibeliin croffle sama Jefran. Lo kan suka banget croffle. Mau gue ambilin ?", tanyanya lagi yang hanya dijawab gelengan oleh Rain.

"Yaudah kalo ngga mau, tidur lagi aja. Ini masih tengah malem", pintanya pada Rain.

"Ngga mau", jawabnya yang tentu membuat Andra terheran.

"Kenapa ? Nanti pening kalo dibuat bergadang", ucapnya.

"Takut", ucapnya lagi.

"Takut ? Takut kenapa ?", tanyanya namun Rain hanya menggeleng pelan.

"Mimpi buruk ?", tebaknya yang lantas mendapat anggukan dari Rain. Andra nampaknya paham apa yang tengah terjadi dengan Rain. Dan sepertinya ia harus memastikannya kembali pagi nanti.

"Yaudah, trus mau ngapain ? Lo mesti tidur Rain, mesti banyak istirahat. Paksain buat tidur ya ? Biar lo cepet sembuh. Ngga bakal ada apa-apa, ada gue disini. Ngga usah takut", ucapnya meyakinkan Rain namun Rain masih enggan untuk menutup matanya.

Entahlah apa yang ia mimpikan sampai-sampai bisa setakut ini. Andra paham jika mungkin hal ini masih ada pengaruhnya dengan kejadian buruk yang baru saja menimpa adik bungsunya itu.

Ia pernah membaca sekilas soal dampak dari kejahatan yang mungkin bisa saja membuat korbannya trauma, bahkan tak sedikit pula yang sampai butuh bantuan ahli sebab kejiwaannya yang terganggu.

Andra masih belum tau banyak soal hal apa saja yang Rain alami selama disekap itu. Mungkin saja banyak hal buruk yang ia lihat dan alami selama itu dan berakhir terbawa sampai ke dalam mimpi dan bahkan sampai membuat tidurnya terganggu.

Sebenarnya Andra mau-mau saja menemani Rain, masalahnya sekarang masih tengah malam. Rain tentu butuh untuk tidur, ia pun juga butuh tidur. Andai saja hari masih siang, tentu tanpa ragu ia akan menuruti permintaannya.

"Mau duduk", pintanya pada Andra. Andra pun menuruti permintaan Rain. Ia bantu adik bungsunya itu untuk duduk, menaikkan sedikit bagian ranjangnya itu supaya bisa ia gunakan untuk bersandar.

Rain memang nampak diam, tapi Andra lihat sesekali ia mengusap bagian tubuhnya yang tampak memar. Ringisan kecil yang sengaja ia tutupi tentu tertangkap oleh penglihatan Andra. Meski Rain bilang ia tak apa-apa, tapi reaksi tubuhnya tak bisa berbohong jika memang ia tengah merasakan ngilu disekujur tubuhnya.

"Bilang aja kalo sakit, ngga usah ditutupin. Biar gue juga bisa tau mesti berbuat apa", ucapnya pada Rain.

Ini bukanlah Rain yang biasanya. Biasanya Rain akan menunjukkan sisi manjanya saat ia sakit. Bukan tanpa alasan sebenarnya ia bersikap seperti ini. Ia pun rasanya tak bisa lagi menahan sakitnya. Tapi jujur, ia merasa tak enak hati pada Andra.

Lihat lah tangan Andra yang kini terbalut kasa sepenuhnya sebab menolong dirinya, tentu ia tak mau lebih banyak lagi merepotkan Andra. Andra juga pasti lelah. Ia yang baru pulang kerja dan bahkan belum sempat menginjakkan kaki di rumahnya, terpaksa harus kembali pergi sebab mencari dirinya.

Mungkin Andra tak keberatan memang, tak akan merasa keberatan, apalagi jika hal ini menyangkut dirinya. Tapi Rain sendiri yang merasa tak enak hati. Ia banyak merepotkan Andra selama ini, dan dengan tidak tau diri ia malah membuat Andra luka hari ini. Jujur ia kesal pada dirinya sendiri karena terlalu ceroboh dan tidak berhati-hati.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang