Esok paginya, Rain terbangun dengan damai, nampaknya Biru masih belum melancarkan aksi jahilnya. Ia turun dari ranjangnya dan lantas bersiap untuk sekolah. Malas sebenarnya, tapi tak mungkin juga ia membolos, akan lebih membosankan jika ia sendirian di rumah.
Rain merasakan kakinya yang sudah jauh lebih baik. Semalam, sesuai dengan saran Sabiru ia akhirnya mengompres kembali kakinya, dan pagi ini syukurlah kakinya sudah jauh lebih baik.
Selesai bersiap, ia lantas turun, mendapati Andra dan Sabiru yang tengah duduk di meja makan.
"Udah enakan kakinya ?", tanya Andra begitu ia sampai di sana. Rain yang kaget atas pertanyaan Andra lantas menatap ke arah Biru.
"Acil udah bilang, kemaren katanya keseleo pas mau bolos", ucap Andra lagi.
"Stop call me Acil, panggil Biru aja kenapa sih ?", protes Biru mendahului Rain yang hendak berucap.
"Panggilan sayang itu, udah trima aja", ucap Andra yang lantas dibalas cibiran oleh Biru.
"Pinggilin siying iti, halah emang kalian hobi ngledek gue aja", protesnya lagi sambil merajuk.
"Itu tau", bukan Andra, tapi Rain yang kini berucap. Biru semakin merajuk, sedangkan keduanya hanya terkekeh melihat wajah masam Sabiru.
"Belum dijawab dek, udah enakan kakinya ? Kalo belum biar nanti dianter ke rumah sakit, takutnya ada sakit yang lain", ucap Andra pada Rain.
"Engga kok bang, udah enakan. Udah dikompres soalnya semalem. Oiya ini Kaje mana ? Kok ngga nampak ?", tanya Rain.
"Masih tidur, biarin dulu aja. Baru pulang jam 3 tadi soalnya", Rain hanya mengangguk mendengar penuturan Andra, sedangkan Biru, kini ia tengah membisikkan sesuatu pada Rain.
"Tau gitu ngga usah dikerjain ngga sih semalem ? Kaje ngga ngecek ini", bisiknya pada Rain.
"Gue aduin lo nanti", ancamnya pada Biru.
"Alah, ngaduan", cibirnya sedangkan Rain hanya terkekeh pelan.
"Terus nanti kita pulang sendiri dong bang ?", tanya Rain.
"Iya deh, Jefran bilang dia ada masih ngurusin BEM. Kalo ngga ntar gue jemput aja", tawarnya.
"Eh !! Pulang sendiri aja, tapi tambahin duit jajannya", ucap Rain yang lantas membuat Sabiru menoleh.
"Ngga usah bang, duit dia banyak. Semalem aja makan gue yang beliin, utuh itu duit dia", sahut Biru.
"Emang kenapa sih ? Kan gue mau nabung", ucapnya.
"Nabung apaan, ntar minggu juga abis duit lo buat hang out sama temen-temen bokem lo itu", Rain yang mendengar itu hanya menunjukkan cengirannya.
"Yaudah, nanti abang transfer aja, kalo cash pasti boros soalnya", senyum Rain mengembang mendengar ucapan Andra.
"Ih kok dikasih sih ? Kan biar duit dia kepake bang", protes Biru lagi.
"Ya ngga papa, biar duitnya Rain ditabung. Mau juga cil di transfer ?", tawar Andra sebab daritadi Biru terus saja protes.
"Nggak, gue punya duit sendiri", tolaknya.
"Sok-sokan nolak rejeki, cih", cibir Rain pada Sabiru.
Sebelum keduanya lanjut bertengkar, Andra lebih dulu melerainya. Ia tak mau mendengar keributan pagi ini.
—————
Kini baik Rain maupun Sabiru telah sampai disekolahnya. Tentu dengan diantar oleh Andra sebab Jefran yang biasanya mengantar keduanya masih istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(coat)
FanfictionTentang Rain- Selayaknya jas hujan yang melindungi pemakainya dari terpaan hujan yang begitu derasnya, begitupun seharusnya peran keluarga yang menjadi pelindung bagi semua anggotanya. Kalian ngeselin !! Tapi gue bersyukur punya kalian, jadi tolong...