8. Patah hati

1.2K 135 3
                                    

Hari ini hari minggu, seluruh keluarga Wiratama tengah sibuk untuk agenda mereka hari ini. Ya, hari ini adalah hari dimana Sabiru akan menjalani perlombaan. Kompetisi skating untuk yang terakhir kali baginya sebelum nanti ia berhenti dan mengejar impian barunya.

Semua anggota keluarga Wiratama telah siap, kini mereka tengah sarapan bersama sebelum nanti berangkat bersama menuju arena.

"Kita mau kemana sih ma ? Pagi banget", protes Rain sebab ia yang merasa malas untuk bersiap di hari libur seperti ini.

"Kayanya papa pun dari kemaren ngga ada omongan kalo mau liburan bareng, kita mau kemana ?", tanyanya lagi.

"Ikut aja ya dek ? Nanti kita kasih tau kalo udah sampe ditempatnya", ucap sang mama.

Rain lantas beralih pada Sabiru yang berada di sampingnya.

"Surprise kah bang ?", tanyanya dengan berbisik, sedangkan Sabiru hanya mengendikkan bahunya.

Selesai sarapan, mereka semua lantas masuk ke dalam mobil. Rain yang tak tau apa-apa hanya menurut. Mungkin surprise soal liburan bersama, pikirnya.

Setelah berkendara beberapa waktu, akhirnya mereka sampai di arena. Rain tentu mengenali tempat itu, tempat dimana ia biasa mengantar dan menemani Sabiru untuk lombanya. Kompetisi skating tentunya.

Tak hanya mengantar, terkadang juga ia dan Sabiru hanya menonton jika ada kompetisi lain dan Sabiru bukan bagian dari pesertanya.

"Kok kesini ? Kita mau nonton ? Ko—

"Masuk aja dulu yuk, kayanya bentar lagi mau dimulai", potong sang mama, lagi-lagi Rain hanya menurut.

Mereka semua duduk di depan, tempat khusus sepertinya, sebab biasanya para penonton yang duduk disini adalah para pendamping dari peserta.

"Kok duduk disini ma ? Kan bang Acil ngga jadi peserta ?", tanyanya kembali.

"Gue ikut kok, gue jadi peserta juga", sahut Sabiru.

"Yang bener aja ? Masa lo lomba ngga ada persiapan, boong ya ?", Sabiru tak bohong.

Soal hal ini ia sudah berkompromi dengan para pelatih dan orang-orang yang dikenalnya. Ia yang seharusnya berangkat bersama rombongan lainnya pun diizinkan untuk tidak ikut serta sebab rencana yang telah ia buat.

Tak lama acara di buka, mau tak mau Sabiru meninggalkan keluarganya, ia mendekat ke arah para peserta lain yang menjadi saingan baginya.

Kompetisi di mulai, suasana menjadi sedikit serius. Riuh ramai terdengar saat satu persatu peserta mulai memasuki ice rink, termasuk Sabiru di dalamnya.

Rain bersorak saat Sabiru memasuki ice rink. Ada rasa bangga saat ia melihat Sabiru yang bergerak lincah di hamparan es putih. Selalu, Rain selalu merasa bangga pada Sabiru. Sorakannya bahkan seakan tak pernah terhenti sampai akhirnya biru menyelesaikan penampilannya.

"Bang Acil keren ya ma", serunya pada sang mama.

Rain melihat mamanya yang nampak berderai air mata. Ia sedikit bingung, Sabiru sudah sering mengikuti kompetisi seperti ini, walaupun jarang orang tuanya ikut mengamati secara langsung, tapi hal seperti ini harusnya sudah menjadi hal yang biasa.

"Mama kenapa nangis ?", tanyanya yang lantas membuat sang papa dan kedua kakaknya menoleh ke arah yang sama.

"Engga, ngga papa", ucapnya, semua anggota keluarganya paham soal apa yang tengah mamanya rasakan, terkecuali Rain yang memang belum tau apa-apa.

Tak lama Sabiru nampak kembali ke tempat keluarganya berada.

"Keren bang, good job", puji papanya.

"Luwes banget lo di es tadi, udah kaya elsa aja", puji Andra yang lantas mengundang kekehan dari yang lainnya.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang