15. Trust issue

1.4K 145 11
                                    

Pagi hari seluruh anggota keluarga Wiratama, ditambah Rio didalamnya, tengah sarapan bersama. Kali ini suasana lebih ramai dari biasanya sebab celotehan dari Rio yang ikut bergabung bersama mereka.

"Rio, terus lo jadi anak baru di sekolah lo ?", tanya Sabiru pada Rio.

"Ya iya, ngga mungkin gue jadi guru disana", ucapnya sembrono sambil melahap makanannya.

"Nanggung amat, setahun lagi juga lulus. Oiya, trus nanti lo pulangnya gimana ?", tanya Sabiru yang lantas membuat Andra teringat.

"Eh iya, Rio pasti belum hapal jalannya ya. Jam pulang sekolah lo jam berapa Yo ?", tanya Andra.

"Ngga tau bang, kan belum masuk ? Anak baru ini. Pulang sendiri aja nanti gampang, kan tinggal tanya alamat rumah ini aja. Waktu disana juga gue sering pergi sendiri kok bang, aman", ucapnya.

"Ya kalo disana mah beda Yo. Di tempat lo sana mah anak kecil pulang sendiri pun aman, beda kalo disini. Jangankan lo yang masih SMP, orang yang udah gede aja masih bisa jadi sasaran. Kita cari amannya aja Yo, apalagi lo baru kan disini, belum tau banyak, ngeri di tipu aja", ucap Andra yang lantas membuat Rio paham.

"Palingan ngga beda jauh sama Rain ngga sih bang ? suruh bareng Rain aja. Lagian Rio bawa Hp, nanti bisa ngabarin pulangnya jam berapa biar dibarengin", saran Sabiru.

"Barengin gimana orang gue gabisa bawa mobil sama motor ?", protes Rain.

"Ya nanti grab lo mampir ke Rio dulu lah, searah ini", saran Sabiru yang lantas disetujui oleh yang lain.

"Yaudah, Rio bareng Rain ya ? Kalo misal nunggu bentar ngga papa kan ?", Rio mengangguk berbeda dengan Rain yang masih ingin berprotes.

"Ih ngga mau, gue ngga bisa barengin Rio nanti", ucapnya.

"Kenapa ngga bisa ?", tanya Andra.

"Mau pergi sama Juan, nonton", ucapnya, Rio yang mendengar itu lantas ikut antusias.

"IKUTT, bangg ikut plisss. Lo pasti mau nonton horror kan ? Ikutt", serunya tiba-tiba. Selera Rio dan Rain hampir sama, jadi ia bisa langsung menebak apa yang akan Rain tonton nanti.

"Nggak-nggak, ntar lo malu-maluin", tolaknya.

"Hih, ngga bakal. Gue bakal kalem nanti, plis plis ikut ya ?", pintanya. Rain masih menolak.

"Ajak aja sih Rain, kasian kalo dirumah sendiri", saran Jefran.

"TUH IYA, masa lo ninggalin gue di rumah sendiri ? Tega amat", ucap Rio yang nampak senang mendapat dukungan dari abang Rain yang lain.

"Dih ? Biasanya juga gue dirumah sendiri. Ngga ah", tolaknya lagi.

"Ajak aja Rain, gue yang bayarin deh", saran Andra yang lantas membuat pertahanan Rain goyah.

"Yaudah, beneran bayarin ya ? Sama cemilannya juga", ucap Rain yang nampak tengah mengambil kesempatan.

"Buset, itu mah maunya elo", sahut Sabiru. Andra dan yang lain hanya menggeleng pelan.

"Iya, gue bayarin asal diajak Rio nya. Kasian dia kalo dirumah sendiri. Rio kalo nanti pergi sama Rain yang nurut ya ? Lo masih baru disini soalnya, ngeri kalau kesasar atau ilang", Rio yang mendengar itu mengangguk mantap.

"Yaudah, buru abisin makannya. Terus berangkat bareng Acil", ketiganya lantas menurut apa ucapan Andra. Selesai sarapan, ketiganya lantas berangkat menuju ke sekolah, meninggalkan Andra dan Jefran di sana.

"Kuliah jam berapa Je ?", tanya Andra.

"Jam 9, lo kerja hari ini ?", tanya Jefran.

"Iya, tapi bentaran nunggu Ical dulu, ada yang mau gue urus soalnya", ucap Andra.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang