Kini mereka telah sampai ditempat Juan dan Rain disekap sebelumnya. Suasana ditempat itu sepi, tak berbeda jauh dengan kondisi saat Juan kabur tadi.
Orang-orang suruhan Mahendra berkeliling memeriksa keseluruhan tempat itu, mencari jalan masuk serta memeriksa apakah ada jebakan yang dipasang atau tidak. Setelah merasa aman, mereka lantas masuk melalui pintu satu-satunya yang ada disana.
Suasana begitu gelap dan pengap, mereka masuk dan lantas menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Juan berniat untuk ikut masuk namun dilarang oleh ayahnya.
"Kamu disini aja dek, kaki kamu kan lagi sakit. Ikut mantau disini aja sama ayah", ucap Mahendra.
"Tapi aku yang tau tempatnya yah, tempat kita disekap tadi", ucapnya.
" Kamu bisa bilang ke mereka, kasih arahan ke mereka tapi jangan ikut turun. Bahaya juga, kita ngga tau mereka bawa komplotan atau engga", ucapnya yang masih mencoba menahan Juan. Pada akhirnya Juan pun menurut.
Mereka masih terus mencari, sesuai arahan Juan akhirnya mereka sampai ditempat penyekapan Juan sebelumnya. Mereka berjalan mengendap, mencoba memeriksa, takut jika nanti mereka salah langkah dan malah menyakiti Rain yang juga ada didalamnya.
Andra dan Haikal mengekor dibelakang mereka. Keduanya sudah dilarang untuk turun namun Andra bersikukuh untuk tetap ikut mencari adik bungsunya itu.
Pada akhirnya mereka berhasil masuk. Ruangan itu begitu gelap, senter mereka sorotkan ke segala arah sampai akhirnya mereka menemukan dua orang laki-laki di sudut ruangan. Siapa lagi kalau bukan Rain dan penculik itu.
"Rain", panggil Andra pelan saat melihat Rain didepannya.
Tak ada jawaban dari Rain selain gelengan panik darinya. Bagaimana tidak, kini mulutnya tertutup oleh tangan orang itu, kedua tangannya pun tertahan dibelakang. Ia tak bisa bergerak bebas sekarang, untuk menggerakkan mulut pun tak bisa. Ia benar-benar tengah disekap sekarang.
" Jangan mendekat atau aku akan lukai anak ini", ucapnya dengan lantang pada mereka.
Andra yang melihat itu hanya bisa menatap marah ke arahnya. Jujur ia ingin langsung menghampiri Rain. Adik bungsunya itu tampak tak baik-baik saja. Jika dilihat dengan seksama, rambut Rain nampak lepek sebab basah oleh keringat yang juga bercampur dengan darah. Ya, ia terluka saat mencoba kabur tadi, pening ia rasakan sebab luka yang ada dikepalanya.
Orang-orang suruhan Mahendra masih mencoba mendekat sebelum akhirnya mereka terpaksa menghentikan pergerakan mereka sebab kini, orang itu dengan sengaja memecahkan botol miras disampingnya yang menggunakannya untuk mengancam, mengarahkan pecahan botol itu ke tubuh Rain, dengan sengaja mencoba menggertak mereka.
"Kubilang berhenti, jangan sampai kalian menyesal karena coba berontak dariku", ancamnya lagi. Jujur tak ada dari mereka yang takut, mereka hanya takut terjadi sesuatu pada Rain.
"Jangan macem-macem, jangan berani-beraninya lo nyakitin Rain", teriak Andra penuh amarah mencoba menghentikan tindakan orang itu.
Haikal yang merasa bertanggungjawab atas situasi ini pun lantas turut ikut mengambil langkah.
" Yah, lepasin dia. Dia ngga ada sangkut pautnya sama urusan kita", ucapnya dengan berat memanggilnya dengan sebutan ayah.
"Ayah mau apa ? Uang ? Haikal bakal kasih, tapi lepasin dulu anak itu. Kita selesain masalah ini sama-sama tanpa nglibatin orang lain. Rain ngga tau apa-apa jadi jangan jadiin dia tawanan buat masalah kita", ucapnya lagi.
Haikal mencoba bernegosiasi dengan ayah kandungnya itu. Awalnya ia berniat menyanggah semua permintaannya. Tapi ia tau senekat apa orang tuanya itu, kalau ia semakin membuatnya emosi, Haikal takut kalau nanti Rain yang akan terkena dampaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(coat)
Hayran KurguTentang Rain- Selayaknya jas hujan yang melindungi pemakainya dari terpaan hujan yang begitu derasnya, begitupun seharusnya peran keluarga yang menjadi pelindung bagi semua anggotanya. Kalian ngeselin !! Tapi gue bersyukur punya kalian, jadi tolong...