Hari-hari berikutnya Andra jalani seperti biasa bersama dengan ketiga Adiknya. Bedanya, kini Rain lebih banyak menempel padanya. Sabiru juga, tapi ia tau gengsi anak itu begitu tinggi jadi ia tak pernah mengakuinya.
Sesuai dengan ucapan Andra sebelumnya bahwa orang tuanya akan datang, Andra sama sekali tak memberitahu ketiganya. Ia ingin memberi kejutan pada mereka, terlebih pada Rain yang memang amat menantikan kedatangan orang tuanya.
Malam ini mereka tengah berkumpul bersama di ruang keluarga, semua, bahkan Jefran juga turut ada disana, padahal dijam-jam seperti ini biasanya ia tengah berada diluar bersama dengan teman-temannya.
Terdengar suara ketukan pintu dari tempat mereka berada, semuanya saling pandang. Andra yang memang sudah tau hanya menahan senyumnya
" Siapa ya?", tanya Rain.
" Driver gofood lo bukan?", tanya Sabiru.
" Gue ngga pesen apa-apa padahal", jawabnya.
" Buka sana Rain, cek siapa", suruh Sabiru pada adiknya.
" Ngga ah, lo aja. Lo kan deket tuh, gue mesti nglewatin dua sofa dulu, lebih jauh", ucapnya.
" Alah, masa lo nyuruh yang lebih tua sih? Tugas ngecek tamu tuh tugas bungsu", ucapnya ngawur.
" Dih? Terus lo ngapain?", tanyanya.
" Ya kalo gue sih ada tamu ngumpet, pura-pura ga denger, pura-pura gatau", sahutnya lebih ngawur lagi.
" Gajelas", hardiknya pada Sabiru. Tak ingin lagi mendengar ocehan asbun Sabiru, Rain lantas beranjak menuju pintu utama.
" Lagian siapa sih jam segini bertamu, orang kan lag—
" Papa denger kamu ngomel ya Rain", ucap seseorang, siapa lagi kalau bukan Wiratama— orang tuanya.
Rain yang baru membuka pintu terkejut sebab melihat eksistensi kedua orang tuanya dihadapannya. Ia mematung, mengedipkan matanya berkali-kali.
" Ngapain kedip-kedip? Cacingan kamu? Peluk dulu sini mama papanya, malah diem", tanpa diminta dua kali Rain pun lantas berhambur memeluk keduanya. Keduanya merasa tubuh Rain yang bergetar, nyatanya putra bungsu mereka tengah terisak.
" Hei, kenapa nangis?", tanya mamanya sambik merenggangkan pelukannya.
" Kenapa kemaren ngga ngabarin Rain sama sekali, terus juga bilangnya ngga bisa pulang, katanya ngga akan pulang. Kata bang Andra juga mama sama papa lagi sibuk disana, kenapa bohong sih", cerocosnya dihadapan kedua orang tuanya. Terdengar tawa pelan dari keduanya.
" Mama sama papa udah bilang loh ke abangmu kalo mau pulang. Berarti emang abangmu yang bohong ini", sahut mamanya.
" Jangan nangis lagi ah, jelek", godanya pada Rain.
" Ah mama", rengeknya. Keduanya malah tertawa.
" Iya-iya maaf, ini mama sama papa ngga disuruh masuk? Cape tau dek", ucapnya yang lantas menyadarkan Rain.
Ketiganya lantas masuk. Sama seperti Rain sebelumnya, Jefran dan Sabiru pun terkejut melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan Rain diantara mereka.
" Ini mama sama papa nyulik Rain dimana ?", tanya Sabiru.
" Dijalan tadi, lagi nangis ga dikasih permen. liat aja matanya merah sekarang", jawab mamanya dengan sembrono.
" Maaaa", rengeknya lagi.
" Bercanda dek", lanjutnya.
" Kenapa nangis dah, udah gede juga cengeng amat", sahut Sabiru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(coat)
FanfictionTentang Rain- Selayaknya jas hujan yang melindungi pemakainya dari terpaan hujan yang begitu derasnya, begitupun seharusnya peran keluarga yang menjadi pelindung bagi semua anggotanya. Kalian ngeselin !! Tapi gue bersyukur punya kalian, jadi tolong...