Pulang sekolah, Sabiru baru akan berjalan menuju ke parkiran sebelum seseorang menahan langkahnya dengan memanggilnya secara lantang.
Juan, sosok laki-laki mungil yang kini berlari ke arahnya. Terlihat lucu saat Juan berlari seperti ini, pasalnya sepenglihatan dirinya Juan nampak tengah membawa banyak barang ditasnya, membuat anak itu nampak sedikit tenggelam karena berat beban ditasnya.
Ia berdiam menunggu Juan yang masih berlari ke arahnya.
"Ngapain lari sih, bukannya kaki lo sakit ?", tanyanya saat Juan sampai dihadapannya.
" Sakit sih, tapi ngeri lo keburu pulang", ucapnya. Setelah itu Juan nampak membuka tasnya, mengambil sesuatu dari sana.
"Titipan dari bunda buat Rain. Kata bunda biar memarnya Rain cepet sembuh sama biar badannya ngga sakit-sakit", ucapnya sambil menyodorkan paper bag yang ia ambil dari tasnya. Sabiru menerimanya.
"Bilangin makasih ya ke bunda lo", ucap Sabiru yang lantas diangguki oleh Juan.
" Kenapa ngga lo anter sendiri ke rumah sakit ? Lo ngga mau ikut gue nengokin Rain kah ?", tanyanya.
"Maunya juga gitu bang, tapi abis ini gue mau pergi sama ayah sama bang Ical. Ngga tau deh mau ngapain, tapi kata ayah gue mesti ikut", mendengar ucapan Juan Sabiru tampak berpikir sebentar.
"Ohh yaudah gapapa, makasi ya sekali lagi", ucap SabiruSabiru yang lantas dijawab anggukan oleh Juan.
" Bang, Rain marah ngga ya sama gue ?", tanyanya.
"Marah ? marah kenapa ?", tanya balik Sabiru.
" Dia mah ngga bisa marah Jum, ngambek juga gampang di bujuk. Kalo marah, ntar lo ajak ngewarnet juga dia luluh, biasanya gimana", lanjutnya.
"Nah tapi itu masalahnya", ucap Juan menggantung.
" Gimana kalo Rain trauma ngewarnet ? kemaren kan kejadian itu juga karena kita mau ke warnet bang", lanjutnya.
"Baru tau gue ada orang trauma ngewarnet. Engga Jum santai aja. Lo sama dia tuh sepaket, ngga mungkin bisa marahan lama-lama. Bilang aja ke gue nanti kalo dia masih marah sama lo, gue bantu. Tapi kayanya sih engga ya, orang lo partner in crimenya", sahut Sabiru yang mencoba menenangkan Juan.
"Santai aja sih", lanjutnya yang lantas diangguki oleh Juan.
Tak lama setelahnya Juan mendapat telepon dari Haikal untuk segera keluar dari sekolahnya. Ia pun lantas berpamitan pada Sabiru dan beranjak menghampiri keluarganya.
Sepeninggal Juan dari sana, Sabiru melanjutkan langkahnya menuju ke parkiran. Sebelumnya ia sempatkan untuk mengirim pesan pada Andra dan Jefran, menanyakan adakah yang perlu ia beli sebelum datang ke rumah sakit atau tidak.
Masih belum ada balasan dari mereka sebelum akhirnya ia memutuskan untuk lebih dulu melajukan mobilnya. Tampaknya keduanya sibuk, bahkan saat ia hampir sampai di rumah sakit pun masih belum ada balasan dari mereka.
"Gue bawain apa ya bocahnya", ucapnya sambil matanya memindai sekeliling, mencari sesuatu yang akan ia bawakan untuk Rain.
Sampai akhirnya pilihannya terhenti pada sebuah toko donat dan ice cream, ia lantas menepi untuk membeli beberapa rasa donat dan ice cream untuk adik bungsunya itu. Selepas itu, ia kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit. Sungguh ia tak sabar untuk menemui Rain, pagi tadi ia belum sempat berkonversasi sebab Rain yang masih terlelap.
"Rain, gue pu—
Ucapannya terhenti sebab kini Andra dan Jefran yang menatap ke arahnya dengan menunjukkan gestur jari telunjuk yang menempel di bibir keduanya. Sungguh kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(coat)
FanfictionTentang Rain- Selayaknya jas hujan yang melindungi pemakainya dari terpaan hujan yang begitu derasnya, begitupun seharusnya peran keluarga yang menjadi pelindung bagi semua anggotanya. Kalian ngeselin !! Tapi gue bersyukur punya kalian, jadi tolong...