16. Trust me

1.1K 129 8
                                    

Selepas makan malam bersama, mereka lantas kembali ke kamar masing-masing. Rain dan Rio yang satu kamar dan Sabiru yang selama beberapa hari kedepan terpaksa tidur di kamar tamu. Kini suasana di rumah itu begitu sepi, nampaknya pemilik rumah tengah terlelap. Wajar saja, waktu hampir menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan diwaktu yang selarut ini, sulung dari keluarga itu baru pulang dari kerjanya.

Andra masuk dan mendapati rumah yang begitu sepi. Selesai merapikan sepatunya, ia berniat naik ke kamarnya. Namun belum sempat ia beranjak, ia merasakan ada pergerakan dari arah dapur. Ia yang penasaran lantas menghampirinya.

"Jefran ?", panggilnya yang lantas membuat sosok yang tengah berdiri didepan kompor itu menoleh. Jefran, ia yang tengah termenung terkejut mendengar panggilan dari Andra.

"Ngapain jam segini di dapur ? Lo laper?", tanyanya yang lantas mendekat ke arah Jefran. Jefran menggeleng.

"Engga, mau masak air aja buat gue bikin minum", ucapnya yang terdengar aneh di telinga Andra.

" Masak air? Dari dispenser kan bisa? Ngapain pake ngrebus lagi?", tanyanya yang lantas menyadarkan Jefran. Ah— Jefran bahkan tak kepikiran sampai disana.

"Oh iya ya, gue ngga kepikiran gue kira na—

"Lo kenapa ?", potongnya sebab merasa aneh dengan sikap Jefran.

"Engga", ucapnya sambil mematikan kompor tanpa menatap ke arah Andra.

"Lo mau bikin minum juga ngga? Biar sekalian, gue mau bikin kopi soalnya", tawarnya pada Andra, namun Andra menggeleng.

"Engga, lo mau tidur jam berapa kalo jam segini aja lo masih ngopi? Jangan kopi, gue ga bolehin. Susu atau teh herbal aja, ada kan di rak?", tanyanya, Jefran mengangguk.

"Ada, tapi gue lagi pengen kopi", ucapnya. Andra lihat Jefran yang agak lain dari biasanya.

"Lo kelas jam berapa nanti ?", tanya Andra.

"Siang kok", jawabnya.

"Yaudah boleh, gue temenin, jangan kelamaan bergadangnya tapi", pinta Andra yang lantas diangguki oleh Jefran.

Selesai Jefran membuat kopi, keduanya lantas duduk bersama. Beberapa kali Jefran kembali menawaringa minum, tapi Andra selalu menolaknya.

"Ngga ah lo aja, gue lagi ngurangin kopi Je. Itu si Rain udah bawel banget ngewanti-wanti biar gue ngga makan sembarangan lagi.

Lucu loh dia, tadi waktu gue lembur aja dia bawel banget ngechatin gue minta pulang, dia kalo udah mode rewel kaya gitu tu nyenengin banget rasanya. Apalagi kalo udah mulai nasehatin, lagaknya kaya bocah yang udah gede aja", ucapnya menceritakan soal tingkah Rain padanya. Mendengar hal itu, Jefran hanya tersenyum simpul dan Andra merasa aneh dengan sikap Jefran yang seperti ini.

"Je", panggilnya.

"Lo oke ?", tanya Andra pada Jefran, ia mengangguk.

"Masalah apa lagi?", tanyanya.

"Gaada, gue ngga papa", jawabnya.

"Gapapa-gapapa mulu, kaya cewe aja lo. Biasanya lo excited tiap gue ceritain soal Rain, lagi ada masalah apa?", tanyanya.

Jefran nampak terdiam sebentar. Ia ragu untuk menceritakannya pada Andra, sebab ia rasa ini pun bukan sebuah masalah, hanya asumsi yang mengganggu pikirannya saja.

"Je?", panggil Andra yang lantas menyadarkan Jefran. Jefran menggeleng pelan, sebelum akhirnya Ia mengutarakan apa yang menjadi beban pikirannya kali ini.

"Gue iri deh sama lo bang", ucapnya yang lantas mengejutkan Andra.

"Iri ? Kenapa ?", tanyanya.

"Lo bisa sedeket itu sama Rain sama Sabiru, lo bisa diandelin sama mereka, bahkan Rio yang jarang ketemu sama lo aja bisa langsung deket lagi", ucapnya, Andra masih belum paham betul duduk permasalahan hal yang tengah Jefran ucapkan.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang