28. Believe

894 107 19
                                    

Sejak obrolan hari itu, perlahan mereka semua berubah. Cara membimbing dan mendidik Andra pun perlahan berubah. Ia yang awalnya lebih banyak mengekang dan membatasi Rain, kini secara perlahan ia mulai memberi kebebasan padanya. Ia biarkan untuk Rain lebih banyak melakukan tugasnya sendiri, merasakan prosesnya sendiri.

Ia sekarang sadar kalau tugasnya disini hanyalah mendampingi. Mungkin memang tak apa jika sesekali ia melarang, asal ada consent dari kedua pihak dan tak ada yang merasa keberatan.

Hubungannya dengan Rain pun mulai membaik. Perubahan sikap masing-masing dari mereka membuat keadaan rumah kembali ramai seperti semula.

Hari ini Andra tengah libur bekerja. Setelah satu minggu full ia gunakan untuk lembur dan mengurus soal kepindahannya, hari ini ia ingin rehat sejenak. Toh selama sibuk ini ia jadi jarang berinteraksi dengan saudara-saudaranya. Ia ingin mengganti waktu yang sebelumnya hilang sebab ia yang terlampau sibuk bekerja. Kebetulan di hari Sabtu dan minggu ini kedua adiknya juga tengah libur sekolah.

Ia tengah damai menikmati film yang ia tonton diruang keluarga sebelum akhirnya ia mendengar keributan dari kedua adiknya, siapa lagi kalau bukan Rain dan Sabiru.

" Ayo lah bangg, ajarin gue lagi plis-plis. Yakin yang ini bakal lebih fokus sama hati-hati dehh", terdengar suara Rain yang tengah membujuk Sabiru.

Ia menoleh ke arah sumber suara, mendapati Rain dan Sabiru yang baru saja masuk dari pintu utama.

" Ngga, sayang nyawa gue. Sama Kaje aja sana. Lo susah banget diajarinnya, lupa mulu. Ingatannya kaya ikan, sepuluh detik ilang", ucap Sabiru yang tampak kesal.

Keduanya baru saja pergi dari luar, menuruti permintaan Rain untuk mengajarinya menaiki kendaraan pribadi.

" Ih, Kaje sibuk. Lo ngga kasian kah? Sekali lagi deh, di jalan komplek ini aja ngga papa, plis plis ", rayunya lagi yang masih terus ditolak oleh Sabiru. Andra yang mendengar itu terkekeh pelan. Ia lantas beranjak dari duduknya. Mematikan televisi yang ada dihadapannya dan menghampiri kedua adiknya.

" Kunci mobil mana cil?", tanyanya pada Sabiru. Sabiru yang mendengar itu lantas merogoh sakunya, menyerahkan kunci mobil pada Andra.

" Tuh, emang disuruh udahan belajarnya. Mobilnya mau dipake bang Andra ", ucap Sabiru yang lantas membuat Rain menekuk wajahnya. Andra menggeleng pelan melihat tingkah keduanya.

" Engga, gue ngga pake kok", ucapan Andra, membuat Rain kembali menegakkan kepalanya.

" Mau belajar sama gue ngga? Yakin abis ini pasti bisa", tawarnya pada Rain yang kemudian membuat Rain kembali sumringah.

" MAUU", jawabnya dengan semangat.

" Wle wle gue belajar lagi. Dah sono lu balik aja, daritadi marah-marah terus", lanjut Rain yang malah mengejek Sabiru. Sedangkan Sabiru hanya menatap malas kearah adik bungsunya.

" Yaudah ayok, sama Acil udah diajarin dasarnya kan?", tanyanya pada Rain dan Sabiru.

" Udah, tapi dia pelupa. Kebiasaan naik sepeda roda tiga sih, jadi disuruh rem malah mau nyeret pake kaki", ucap Sabiru sambil mengejek Rain yang ada dihadapannya.

" Dih? Mana ada, dusta banget mulut lo. Udah lah bang ayo kita berangkat aja", ajaknya pada Andra.

" Tapi nanti belajarnya langsung dijalan ya, kalo dilapangan kaya orang gila muter-muter pake mobil", ucap Rain ngawur, baik dari Sabiru maupun Rain selalu sukses membuat Andra tertawa.

" Iya-iya", jawab Andra, sedangkan Rain yang terlampau senang terus menunjukkan menyengir menunjukkan giginya.

"LET'S GOOOO", serunya.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang