Extra part : Losing

785 100 51
                                    

Waktu terus berlalu, tak terasa sudah hampir 2 tahun sejak peristiwa buruk yang Rain alami bersama orang-orang terkasihnya itu, orang-orang yang selama ini menjadi semangat baginya, orang-orang yang selama ini menjadi rumah baginya.

Rain sempat hilang arah, bukan lagi sempat, sering kali ia merasakan tak lagi punya tujuan. Ia yang kini hidup sebatang kara pun masih sering mempertanyakan, apa sebenarnya tujuan semesta menyisakan dirinya bersama dengan kesendirian yang seakan terus memaksa untuk melingkupinya? Mengapa semesta hanya menyisakan dirinya yang bahkan untuk berdiri sendiri pun masih belum bisa.

Selama ini ia berbohong saat mengatakan bahwa ia bisa melakukan semuanya sendiri. Ia baru merasakannya sekarang, ia baru menyadarinya sekarang bahwa memang ia tak akan pernah bisa berdiri sendiri. Ia butuh mereka, butuh kehadiran mereka.

Dua tahun berlalu, nyatanya apa yang orang bilang soal ikhlas itu bohong adanya. Nyatanya ia masih belum merelakan mereka. Ikhlas itu tak ada, yang ada hanyalah kita yang terpaksa sampai akhirnya merasa terbiasa.

Rain yang dulu hampir setiap hari tidur bersama Sabiru pun kini mesti terlelap sendirian. Menatap ranjang kosong disamping miliknya yang tertata rapi. Ia tau ranjang itu tak akan pernah berubah posisi, ia tau ranjang itu tak akan pernah lagi terisi, tak akan pernah lagi ia lihat eksistensi si pemilik ranjang yang selalu membangunkannya setiap pagi.

Rain yang terbiasa sarapan bersama, duduk melingkar di ruang makan bersama ketiga saudaranya pun kini mesti melakukan semuanya sendirian. Hidangan lezat hasil tangan Andra yang selalu jadi favoritnya, ia tak akan pernah lagi bisa merasakannya.

Ah— ia jadi teringat, ia bahkan masih menyimpan snack pemberian dari Andra terakhir kali. Snack favoritnya yang Andra berikan sebagai bentuk permintaan maaf sebab ia yang kembali pulang larut. Ia juga masih menyimpan oleh-oleh dari kedua orang tuanya, buah tangan yang mereka bawakan saat pulang terakhir kali.

Belum lagi ternyata Sabiru dan Jefran yang masih menyiapkan kue ulang tahun untuknya. Ia baru tau dan menyadari hal itu setelah beberapa waktu dirawat dirumah sakit. Nyatanya selain mempersiapkan kejutan ditempat yang selama ini ia damba, keduanya juga menyiapkan kejutan lain dirumahnya.

Rei sama sekali tak menyentuh barang-barang itu, bukan— bukannya ia yang tak mau atau tak tau berterimakasih, tapi karena hanya itu kenangan terakhir yang ia punya bersama mereka.

Dua tahun berlalu, makanan-makanan itu bahkan tak lagi layak untuk dimakan, tak akan pernah bisa dimakan. Tapi Rain sengaja membiarkannya, tak ia pedulikan lagi lemari es yang kini penuh dengan barang-barang yang tak lagi bisa digunakan.

Andai peristiwa itu tak terjadi pada keluarganya, ia bisa jamin bahwa semua barang itu saat ini tak lagi ada. Ia akan menghabiskan semuanya bahkan dalam waktu yang singkat.

Snack favorit pemberian Andra yang akan ia habiskan dalam sekali duduk. Oleh-oleh dari orang tuanya yang biasa ia simpan sendiri, bahkan saat Sabiru memintanya pun ia terkadang merasa enggan. Atau makanan dari Jefran dan Sabiru yang selalu menjadi favoritnya pula, entahlah keduanya selalu bisa menemukan tempat yang pada akhirnya selalu menjadi tempat kesukaan Rain.

Semua hal itu disimpannya dengan rapi didalam kulkas, tak ada niat sedikit pun dari Rain untuk membuangnya. Orang bilang kita harus buang semua kenangan-kenangan itu supaya bisa lupa soal masa lalu, tapi rasa-rasanya Rain tak akan pernah melakukannya. Ia juga tak mau melupakan mereka semua.

Biarkan saja ia terus teringat soal mereka, teringat soal Andra yang selalu menegurnya setiap kali ia berlebihan memakan snack favoritnya, atau omelan dari mamanya untuk jangan menyimpan makanan dikamarnya, nasehat dari papanya untuk berbagi barang yang ia punya dengan saudara-saudaranya, juga ucapan dari Jefran dan Sabiru yang sering kali berjanji padanya untuk mengajaknya pergi ke tempat-tempat baru yang mungkin ia suka.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang