12. Regret

1.6K 174 12
                                    

Masih belum ada kabar dari keduanya. Sabiru sama sekali tak menjawab telepon dari Jefran. Kini Jefran dan Andra tengah menunggu dengan cemas di ruang rawat inapnya. Dilihatnya Andra yang begitu khawatir, raut wajahnya yang serius menggambarkan isi hati serta pikirannya saat ini.

Jefran ingat pesan dokter untuk Andra banyak istirahat, tapi melihat kondisinya saat ini, ia yakin Andra pasti menolak permintaannya.

Waktu hampir menunjukkan tengah malam, pukul sebelas telah lewat beberapa menit yang lalu. Andra tentu sangat khawatir, baik pada Sabiru maupun Rain. Keduanya jarang sekali keluar sampai selarut ini, bahkan untuk Rain, bisa dikatakan bahwa ia tak pernah pergi malam. Kecuali untuk acara bersama keluarganya.

Bukannya ia tak mau berpikir positif, tapi ia benar-benar takut sekarang. Takut jika terjadi sesuatu pada keduanya.

Kalau sampai Rain maupun Sabiru kenapa-napa, gue ngga kan maafin diri gue sendiri, rapalnya dalam hati sejak tadi.

Jefran hanya diam sambil terus menatap ke arah ponselnya. Banyak panggilan yang ia buat untuk Sabiru, tapi tak ada satupun yang terima olehnya. Ia menyesal, andai ia lebih sabar tadi, mungkin hal ini tak akan terjadi. Baik Rain maupun Sabiru pasti aman bersamanya.

"Bang", panggil Jefran pada Andra, Andra menoleh.

"Lo istirahat aja, dokter minta lo buat banyak istirahat. Nanti kalo ada kabar gue bangunin lo", pintanya pada Andra. Ia tau Andra pasti menolak.

"Gimana gue bisa tidur kalo mereka aja ngga ada kabar. Gue mau nungguin mereka aja", tolaknya.

"Tapi lo juga me—

"Gue ngga peduli Je, kalo kuat juga gue sekarang pergi nyari mereka", ucapnya.

Benar memang, ada tekad dalam dirinya untuk pergi keluar dari ruangan ini dan mencari mereka sendiri. Tapi kondisi tubuhnya sama sekali tak memungkinkan, ia masih merasakan pening sejak tadi.

Jefran menghela napasnya pelan, detik berikutnya ia lantas bangkit, mendekat ke arah Andra.

"Gue mohon banget sama lo, tolong lo istirahat sekarang. Mereka biar gue yang cari setelah ini. Tapi tolong lo istirahat. Alasan lo ada disini juga karena lo sakit, gue tau lo nahan pusing daritadi, emang ngga seharusnya lo banyak pikiran waktu kondisi lo kaya gini.

Gue minta maaf karena udah bikin kekacauan kaya gini, gue yang bakal beresin masalah ini, gue bakal cari mereka dan bawa mereka kesini. Tapi tolong ya, lo juga mesti perhatiin diri lo sendiri", ucapnya.

Jefran lantas meraih kunci mobil yang ada di nakas samping brankar milik Andra.

"Gue pergi dulu, gue kabarin lo nanti", ucapnya yang lantas meninggalkan Andra sendirian disana.

Andra menyandarkan tubuhnya ke brankar, pening dikepalanya benar-benar menyiksanya. Sepertinya benar apa yang Jefran ucapkan sebelumnya jika ia memang benar-benar butuh istirahat, ia tak boleh banyak pikiran sekarang.

Ia coba percayakan kedua adiknya pada Jefran, ia berniat menurut ucapan Jefran untuk istirahat, meskipun sebenarnya ia tak tenang dan tak bisa. Perlahan ia menutup matanya, mencoba untuk tidur untuk sedikit mengurangi sakit yang dirasakannya.

————————

Kembali pada sisi Juan dan Haikal sebelumnya, setelah keterkejutan mereka atas sosok yang tiba-tiba datang kerumahnya, kini ia, Haikal, dan sosok itu tengah duduk bersama di ruang tamu.

"Jadi Rain kabur bang ?", tanya Juan pada sosok didepannya.

Sosok yang ia sebut bang itu adalah Sabiru. Ia nyatanya kehilangan jejak Rain sejak di rumah sakit, ia coba untuk mengejar namun nyatanya tak bisa, jalanan didepan rumah sakit tadi cukup ramai, jadi ia tak bisa dengan mudah menemukan Rain.

Rain(coat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang