Sore ini, dikantor Andra tengah membereskan mejanya. Ia bersiap untuk menjemput Rain hari ini. Pagi tadi ia belum sempat bertemu Rain. Ada hal yang ingin ia sampaikan, terkait pembicaraan dirinya dengan Haikal semalam.
Andra baru akan keluar dari ruangannya, sebelum akhirnya dering telepon menghentikan langkahnya. Haikal, telepon masuk itu asalnya dari Haikal.
"Kenapa Cal ?", tanyanya pada Haikal diseberang sana.
" Lo udah jemput Rain ?", tanyanya.
"Ini baru mau jalan. Kenapa emang ?", tanya Andra balik.
" Mereka ngga ada disekolah. Gue udah coba tanya temen-temennya tapi gaada. Katanya mereka udah keluar duluan, gue kira lo yang jemput", ucapnya.
"Gue masih dikantor. Kalo Jefran juga ngga mungkin. Dia pergi hari ini. Lo udah coba telepon Juan ?", tanya Andra.
"Bocahnya ngeblok gue dari beberapa hari lalu, marah karena gue larang-larang dia. Gue coba telepon pake nomor biasa ngga bisa", lapornya pada Andra. Kini Andra dibuat panik dengan laporan dari Haikal.
" Coba gue telepon Rain, siapa tau di—
"Wait Cal, gue telepon lo abis ini", ucapnya terpotong sebab kini ada lagi panggilan yang masuk ke ponselnya. Nomor Rain, Andra buru-buru mengangkatnya.
Ia tak langsung bersuara, ia ingin memastikan sesuatu lebih dulu. Ia tunggu Rain untuk membuka suara tapi hasilnya nihil. Tak ada suara lain selain suara berisik yang tak terlalu jelas ditelinganya.
Panggilan terputus, namun tak lama setelahnya Rain kembali menelepon. Kini masih sama, tak ada suara yang terdengar selain suara berisik yang sama seperti sebelumnya.
Aneh, pikirnya. Biasanya saat menelepon, Rain dengan antusias lebih dulu membuka suara, menyapa dengan riang lawan bicaranya. Tapi kini, ia sama sekali tak bersuara. Samar-samar Andra mendengar deru mobil dari ponselnya. Rain pasti tengah di perjalanan.
Apa mungkin teleponnya ini hanya telepon tak disengaja, tapi rasanya tak mungkin sebab telepon yang masuk pun lebih dari sekali. Ada yang tak beres pikirnya. Andra semakin dibuat khawatir ketika ia mendengar suara decit rem yang begitu tajam dari ponselnya.
Tanpa berpikir dua kali ia lantas berlari keluar dari ruangannya. Mengabaikan banyaknya orang yang menyapanya dan dengan tergesa turun menuju ke lantai paling dasar.
Ia sempatkan mengirim pesan pada Haikal untuk bertemu disatu tempat. Rasanya kekhawatiran Haikal selama ini tengah terjadi.
Ia mengendarai mobilnya yang kecepatan yang cukup tinggi. Sesekali ia melirik ke arah ponselnya, kini bahkan earphone telah terpasang di telinganya, bersiap jika nanti Rain ataupun Juan kembali menghubunginya jadi ia bisa langsung tau.
Sedangkan disisi lain, Juan dan Rain saling merapatkan tubuhnya masing-masing. Mobil yang mereka tumpangi masih terus melaju. Bahkan kini rasanya mobil ini melaju dengan begitu cepatnya.
Keduanya tak tau siapa sopir dari mobil yang mereka tumpangi ini. Entah niatnya baik atau buruk keduanya juga tak tau. Tapi mereka hampir yakin sepenuhnya bahwa orang ini akan berniat jahat padanya.
Keduanya tentu takut, tapi untuk bertindak gegabah juga mereka tak mau. Mungkin ini keuntungan yang keduanya dapat dari menonton banyak film action selama ini, meskipun terdengar berlebihan tapi keduanya mencoba tenang untuk menangani situasi yang tengah mereka hadapi.
Kalo gue telepon bang Andra, nanti orangnya denger trus mukul gue sama Juan gimana ?
Kalo dia tau gue telepon bang Andra pasti dia ngga biarin gue lolos sama Juan
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(coat)
FanfictionTentang Rain- Selayaknya jas hujan yang melindungi pemakainya dari terpaan hujan yang begitu derasnya, begitupun seharusnya peran keluarga yang menjadi pelindung bagi semua anggotanya. Kalian ngeselin !! Tapi gue bersyukur punya kalian, jadi tolong...