Sangga merasa amat bersalah karena tidak kunjung memberi kabar kepada Ala. Bisa-bisanya ia lupa telah menjanjikan gadis itu sebuah bantuan. Ya, artikel jurnal. Ala tak menagih, tetapi Sangga tahu ia telah ingkar janji.Akhir pekan itu Sangga tak ke mana-mana. Sejak Subuh sudah di depan laptop untuk mencarikan Ala referensi. Gara-gara sibuk di tempat bimbel dan les privat, juga menjaga ibunya yang kian hari makin mengkhawatirkan, Sangga hampir tak ada kesempatan untuk mengecek ponsel. Ibunya benar-benar tak mau ditinggal selama beberapa hari. Akhir pekan itu ia pulang ke indekos karena ibunya mau ditemani Anggi.
"Ga, sarapan dulu." Terdengar suara dari luar pintu. Bersamaan dengan ketukan yang dibuat oleh si pemilik suara. "Kamu nggak inallillahi, kan, di dalam?"
Suara menjengkelkan itu membuat Sangga berdecih. Matanya yang sudah terasa lelah dan panas pun beralih dari layar laptop. Sangga merampas kacamata yang sempat ditanggalkan, lalu bergegas membuka pintu untuk Yosa. Benar saja, sahabatnya nyengir lebar sambil menenteng kresek hitam. Aroma nasi campur menguar membuat perut Sangga kian terasa keroncongan.
"Tumben baik?" tanya Sangga mengisengi Yosa.
"Nggak, lah. Dari Bang Danny."
"Kampret. Ya udah, makasih, ya."
Yosa melongok ke dalam kamar. Tak ada yang berbeda, Sangga tetaplah Sangga. Kamarnya terbilang bersih dan rapi. Semua barang-barang tertata dengan baik. Barangkali yang berbeda hanyalah kehadiran Alamanda, anak kucing yang dipungut Sangga dan sekarang menjadi teman berbagai ruangan.
Ah, ada satu lagi! Sangga paham betul dengan isi pikiran Yosa. Dia, Yosa, dan Juna adalah trio yang seakan-akan sudah terkoneksi satu sama lain. Barangkali karena seumuran juga, mereka lebih nyambung saat mengobrol. Yosa mengernyitkan dahi dan Sangga seakan-akan bisa menebak apa yang akan meluncur dari bibirnya saat itu juga.
"Kamu sekarang mau cosplay jadi Juna, ya?" tanya Yosa.
Benar! Dugaan Sangga tepat sekali. Yosa pasti akan menyamakannya dengan Juna. Apalagi akhir-akhir itu Sangga sering sekali menghabiskan waktu sendirian.
"Saya cuma mau istirahat, Yo. Mumpung libur les privatnya. Besok harus udah kerja lagi."
"Yakin cuma karena itu?"
Kalau sudah ke sana pertanyaannya, Sangga yakin Yosa sudah menebak isi pikirannya. Entahlah. Mereka ajaib sekali bisa memahami satu sama lain. Kadang-kadang Sangga malas bertukar tatap dengan Yosa atau Juna. Sebab, mereka selalu bisa saling 'membaca'. Seolah-olah isi kepala mereka begitu transparan.
"Kayaknya marah, deh, Yo," kata Sangga akhirnya menyerah. Ia melangkah masuk, disusul oleh Yosa. "Saya kan janji mau bantu cari artikel, tapi saya lupa karena ngurusin kerjaan dan Ibu di rumah sakit. Baru kemarin saya baca chatnya dan sampai sekarang nggak aktif. Udah saya telpon, tapi nggak dijawab. SMS juga gak dibalas."
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romance[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...