Sebenarnya sejak berangkat dari rumah, perasaan Ala tidak membaik. Ada resah yang tertahan dan berusaha menahannya agar tidak ke mana-mana. Namun, ia sudah kepalang janji pada Leo. Kendati demikian, saat bertemu Leo, perasaannya juga belum juga membaik.
Ia bisa saja tertawa bersama lelaki itu, tetapi tawa dan senyum Ala sepenuhnya palsu. Sejak tadi pikiran dan perasannya terus berbisik dipenuhi kekhawatiran. Ternyata Ala merasa masih menjadi dirinya yang sama, yaitu terlalu pintar untuk memakai topeng. Sulit baginya untuk berkata bahwa ia tidak nyaman dengan kondisi saat itu.
"Aku seneng banget kamu menerima tawaranku, Al," kata Leo.
Malam itu penampilan Leo lebih rapi dari biasanya. Ia memakai kemeja berlengan panjang berwarna biru gelap dan digelung hingga sebatas sikut. Tatanan rambutnya sangat rapi dan senyum bahagia tidak pernah lepas dari bibirnya.
"Kak Leo udah banyak bantu aku selama di sini," tukas Ala.
"Karena aku senang bisa bantu kamu." Sepasang mata Leo menatapnya lamat-lamat.
Cara Leo menatapnya juga cukup beda dari biasanya. Perasaan Ala sedikit berdebar-debar, bukan karena gugup bahagia, tetapi masih merasa khawatir yang luar biasa. Benarkah keputusan yang dibuatnya saat ini? Andai saja Sangga ada di sana dan menyaksikannya makan malam dengan lelaki lain, apa Sangga akan marah besar?
Ala tidak pernah melihat Sangga marah habis-habisan. Jangankan marah, membentak saja hampir tidak pernah. Jika marah, Sangga lebih suka mengatakan dengan gamblang, tak suka berbelit-belit. Paling-paling Ala mendapatkan penjelasan titik kesalahannya. Lalu, Sangga tetap akan meminta maaf walaupun tidak salah.
Seketika perasaan Ala sakit mengingat itu semua. Lalu, sekarang apa yang dia lakukan? Duduk, saling memandang, dan tersenyum dengan cowok lain. Padahal masih ada Sangga yang sangat Ala butuhkan sekarang.
"Al, aku mau tanya sesuatu. Sebenarnya ini udah lama banget aku pengin tanya, tapi aku nggak pernah punya kesempatan," kata Leo.
"Iya, Kak Leo mau tanya apa?"
Jari-jari kanan Leo terjulur maju untuk meraih tangan kiri Ala. Gadis itu sedikit kaget dan berusaha menjauhkan tangan, tetapi Leo tersenyum, lalu kembali memegangi jari telunjuk Ala. Walau tidak nyaman, Ala tidak bisa mengelak juga.
"Al, hari itu ... maksud aku saat kamu memutuskan keluar dari OSIS. Kenapa kamu pergi gitu aja? Padahal kamu udah janji akan tetap di sana. Terus hari itu, kamu ... tiba-tiba menjauhiku. Apa aku punya salah?" tanya Leo.
Astaga! Kejadian itu sudah lama sekali. Ala tahu Leo sangat baik padanya, bahkan sejak dahulu. Alasan Ala keluar bukan hanya karena merasa tidak mampu berbaur dengan anak-anak lain, tetapi karena Leo juga.
Suatu hari saat pulang sekolah, Ala dicegat oleh tiga cewek yang dipikirnya adalah kakak kelas. Mereka menuduh Ala sengaja mendekati Leo. Bahkan meminta Ala jauh-jauh dari Leo, jika Ala tidak menuruti perkataan mereka, bisa dipastikan Ala akan menjadi bahan penindasan mereka. Maka, Ala memutuskan untuk menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romansa[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...