Setelah menempuh waktu hampir dua jam lamanya, Sangga tiba di bandara Soekarno-Hatta. Itu kali pertama ia menginjakkan kaki di ibu kota. Di tepat orang semata hanya untuk mencari perempuan yang masih tersimpan rapi di hatinya. Sangga tidak menyangka jika akan membuat keputusan sampai sejauh itu.
Andai dahulu melakukan hal yang sama terhadap Gisya, mungkinkah ia dan Ala tidak akan dekat sampai menjalin hubungan segala. Tidak! Bukan saatnya membandingkan. Sangga tidak mau mengingat hari yang telah lalu. Gisya sudah bahagia bersama pasangannya.
Sekarang adalah tentang dirinya dan Ala. Ia butuh penjelasan dan butuh menjelaskan. Kedatangan Sangga bukan hanya untuk mencari kebenaran tentang Ala dan Leo. Namun, ia ingin berbicara dari hati ke hati. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan gadis itu. Karena demi apa pun, Sangga merasa tidak rela harus melepas Ala begitu saja.
"Kak Sangga, di sini!"
Suara Utari mengalihkan lamunan Sangga tentang Ala. Rasa gugup mendatangi Sangga ketika melangkah keluar dari bandara. Utari menunggunya di luar bersama taksi yang terparkir tidak jauh dari sana.
"Selamat datang di Jakarta," kata Utari memamerkan senyum super ramah.
"Terima kasih sudah mau menjemput saya, Tari. Maaf, saya jadi ngerepotin." Sangga membalas dengan senyuman kikuk.
"Nggak masalah. Ayo, aku antar Kak Sangga ke hotel. Dekat banget dari rumah. Oh, atau Kak Sangga mau ke rumah dulu nyapa ayah dan ibu?"
Sebenarnya Sangga mau, tetapi karena belum siap bertemu Ala dan sudah menyusun rencana dengan Utari, langsung menolak dengan sopan. "Nanti aja kalau rencana kita udah selesai."
"Oke, Kak. Ya udah, ayo!"
Berkat bantuan Utari, Sangga bisa mendapatkan hotel yang sangat dekat dengan rumah Ala. Jadi, Utari-lah yang membantunya mengurus transportasi dan tempat untuk menginap. Tidak mungkin Sangga langsung datang ke rumah Ala dan menginap di sana. Baginya itu tidak terlalu sopan.
Sembari menunggu kemacetan yang mengular dan mobil bergerak pelan-pelan, Sangga menatap bahu jalan yang ramai. Ternyata lebih padat dari Mataram. Mungkin Mataram tidak seberapa.
Sekarang saya udah di sini, Al. Saya harap kita benar-benar bisa memperbaiki semuanya. Helaan napas Sangga mengudara. Ia mengecek ponsel dan banyak pesan masuk dari teman-teman di indekos yang menanyakan keberadaannya. Sangga membalas satu per satu.
Ada pesan Ala yang tersemat di bagian paling atas. Sejak kondisi ibu memburuk, Sangga tidak pernah membalasnya. Sesering apa pun Ala mencoba menghubungi. Salah Sangga juga mengapa komunikasi mereka menjadi berantakan. Pemuda itu mengakuinya dan untuk itulah ia datang dan akan langsung meminta maaf pada Ala.
"Kak Sangga, maaf, ya. Aku nggak bisa mantau Kak Ala," kata Utari.
"Bukan salahmu Tari. Ini hanya masalah di antara saya dan Ala."
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romansa[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...