Hari yang Ala nanti tidak kunjung tiba. Berhari-hari telah lewat, tetapi tidak ada kabar dari Sangga. Pacarnya mendadak tidak bisa dihubungi. Apa Sangga lupa pada janjinya? Apa dia akan mangkir dari janji untuk mendatangi Ala?
Ala jadi malas kembali ke Mataram. Bukan tidak rindu Sangga, bukan. Justru ia sangat rindu. Namun, ia bingung bagaimana harus menghadapi sang kekasih. Jadi, rasa-rasanya lebih baik di rumah saja.
Suara ketukan dari daun pintu membuat Ala mengangkat tubuh. Pintu kamarnya terbuka, wajah Bu Dinar langsung terlihat, dibarengi senyum yang begitu ramah nan lebar. Stigma tentang ibu tiri selalu jahat, tidak berlaku untuk Ala. Toh, ia benar-benar mendapatkan ibu sambung yang sangat menyayangi dirinya dan sang ayah.
"Ibu kira sedang bimbingan," kata Bu Dinar, "Ibu boleh masuk?"
"Boleh, Bu. Aku ada bimbingan, tapi udah tadi pagi."
Bu Dinar mengangguk seraya mendekat. Wanita berkemeja biru lembut dengan motif bunga dandelion, segera mengulurkan kantong kresek hitam pada Ala. Isinya berbagai macam camilan dan minuman.
"Ibu abis ke apotek nyari obat buat ayahmu. Sekalian aja mampir ke supermarket. Kamu pasti butuh camilan juga kalau lagi revisi TA," katanya dengan lembut.
"Terima kasih, Bu."
Tadinya Ala pikir Bu Dinar akan berpamitan keluar, tetapi beliau malah mengambil cucian kotor dan mengumpulkannya ke keranjang. Ala meringis karena tidak sempat memperhatikan kamarnya yang agak berantakan. Baju-baju yang pernah dipakai pun berceceran di lantai dan kasur.
Sesaat Ala menatap punggung Bu Dinar. Dahulu ia pikir ibu tiri akan jahat dan menyiksanya habis-habisan. Namun, ternyata Bu Dinar tidak. Ia bisa marah seperti manusia pada umumnya, tetapi tidak lama. Paling hanya menegur saat Ala ataupun Utari membuat kesalahan. Kini diam-diam Ala bersyukur dengan kehadiran Bu Dinar. Sebab, Bu Dinar tidak pergi saat tahu suaminya sakit-sakitan. Ia malah merawatnya dengan baik.
"Al, cowok yang sering sama kamu itu, si Leo, pacarmu, ya?" tanya Bu Dinar sesaat setelah mengumpulkan baju kotor Ala.
"Eh? Nggak, Bu."
"Maaf, Ibu jadi mencampuri urusanmu. Ibu cuma mau bilang sejak kamu kenal dia, kata ayahmu, kamu jadi suka pulang terlambat. Ayahmu khawatir."
Benarkah? Ala merasakan degup jantungnya berpacu lebih cepat. Akhir-akhir ini ia memang sering menghabiskan waktu dengan Leo. Apalagi jika akhir pekan, Ala bisa berada di luar rumah seharian penuh. Leo mengajaknya jalan sambil mengambil foto dengan kamera polaroid.
Hari-hari Ala jadi sedikit menyenangkan. Ia lupa pada keresahan hatinya. Lupa bahwa ada Sangga yang juga memikirkannya di pulau lain.
"A-aku nggak pacaran sama dia, Bu. Hanya teman," kata Ala tergagap.
"Ibu nggak masalah kamu pacaran sama siapa pun. Cuma, Ibu ingatkan bahwa apa yang sudah kamu mulai harus kamu pertanggung jawabkan dan selesaikan. Misalnya, skripsimu itu. Jangan sampai karena kedekatanmu dengan seorang cowok malah membuatmu mengabaikannya. Kamu harus ingat tujuan utamamu, Al."
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romance[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...