"Udah semua, kan? Nanti malah kelupaan."
"Beres!" Ala mengacungkan jempol.
Packing setengah hari membuat tubuhnya lengket karena keringatan. Mataram memang sedang panas-panasnya dan sebentar lagi dia tidak akan ada di kota itu untuk sementara waktu. Selepas seminar proposal dan konsultasi selama satu minggu full, akhirnya ia akan segera melangsungkan penelitian.
Ala sengaja mengambil lokasi di Jakarta. Selain karena keinginan sang ayah, Ala juga rindu dengan kota kelahirannya. Apalagi kondisi ayahnya sedang memburuk beberapa bulan terakhir. Menurut keterangan ibunya Utari, sang ayah kerap jatuh sakit. Sudah begitu sering memanggil nama Ala saat demam.
Jadi, karena merasa harus merawat ayah, untuk sementara Ala akan ke Jakarta. Kedua dosen pembimbingnya sungguh titisan 'malaikat'. Bagaimana tidak? Salah satu dosennya tengah berbadan dua dan meminta konsultasi secara daring. Sedangkan dosen pembimbing yang lain kebetulan seorang dosen senior yang punya jam terbang tinggi sehingga jarang di kampus. Jadi Ala diminta untuk konsultasi daring pula.
Ala tidak meragukan keputusannya untuk pulang. Hanya saja ... keputusan itu sempat tertahan sesaat menyadari sesuatu. Sangga. Ia harus pula berdiskusi dengan pacarnya.
"Masa saya mau ngelarang?" ujar Sangga satu minggu yang lalu saat bertemu dengan Ala. "Biar kita pacaran, yang lebih penting itu orang tuamu. Ayahmu sakit dan saya mengerti rasanya karena kita sama-sama seorang anak."
Kata-kata bijak Sangga dan sikap dewasanya selalu membuat hati Ala menghangat. Berat sekali sebenarnya meninggalkan Mataram dan sejuta cerita setelah berbulan-bulan pacaran dengan Sangga. Akan ia ingat setiap jejak di mana motor Sangga melaju memboncengnya di jalanan Mataram yang ramai.
"Nanti balik lagi, kan?" tanya Sangga sewaktu-waktu.
"Iya, dong. Aku tetap harus ikut sidang, yudisium, dan wisuda offline."
Saat itu mereka tengah makan siang di kedai yang terletak di bilangan Cakranegara. Melihat Ala yang lahap, Sangga tersenyum dan mengacak poni tipisnya. Sejak resmi menggarap proposal skripsi, Ala kelihatan makin kurus. Sangga sendiri menyadari perubahan berat badan kekasihnya.
Skripsi memang agak menyiksa. Sukses besar bikin Ala frustrasi. Namun, untunglah Sangga selalu menyemangati dan membantu sesekali. Bukankah akan terasa lebih ringan ketika ada yang mendukung dan membersamai? Syukur-syukur Sangga membantunya mencari jurnal dan mengetik sesekali. Yang paling bikin Ala senang adalah Sangga rela menunggunya konsultasi dengan dosen pembimbing sebelum ada bimbingan daring.
Kini sudah satu minggu lewat dan Ala akan berangkat ke Jakarta dua hari lagi. Ala akan kembali ke ibu kota dan itu berarti mereka akan terjebak hubungan jarak jauh. Kata orang long distance relationship itu benar-benar menyiksa dan tidak jarang bakal gagal. Namun, Ala dan Sangga tidak mempermasalahkan itu selama komunikasi mereka tetap terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romansa[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...