Kalau boleh memilih, Sangga tidak akan mau kembali ke kota asalnya. Sebab, masalah yang melibatkan dirinya dan Ala belum ada titik terang. Sudah hampir tujuh menit Sangga mengamati pesan yang belum kunjung ada balasan. Ala mengabaikannya? Sungguh?
Belum pernah Sangga merasa sepatah ini saat mengenal Ala. Sekarang diabaikan begitu membuat perasaan Sangga pedih. Hatinya seperti diinjak-injak kasar hingga hancur tidak berbentuk. Benarkah Ala ingin semuanya selesai begitu saja?
Sangga jadi ingat perkataan Ala, bahwa sang gadis ternyata sangat kecewa. Kini Sangga menyesal telah mengabaikan pesan dan telpon Ala selama ibunya sakit. Harusnya Sangga tetap berkomunikasi dengan Ala, bukan mengabaikannya. Walaupun ibu sakit, tetapi paling tidak, seharusnya Sangga membalas semua pesan sang kekasih.
"Apa kesalahan saya sangat besar, Al?" gumam Sangga seraya menatap jalanan dari kaca kamar hotel yang cukup lebar.
Ponsel di tangannya berpindah ke meja. Sangga mengalihkan atensi ke tas yang dibawa ketika ke Jakarta. Rencananya Sangga akan menghabiskan waktu lebih lama di Jakarta jika berhasil membuat hubungan mereka kembali seperti semula. Namun, belum genap dua hari di tempat itu, Ala saja sudah tidak mau merespons ajakannya untuk bertemu.
Benda pipih di atas meja mendadak bergetar. Terlihat nama Juna tampil di layar sebagai si penelpon. Sangga segera menjawabnya.
"Halo, Jun. Kenapa?" tanya Sangga.
"Ga, kata Yosa kamu balik hari ini. Cepetnya. Udah baikan sama Ala?"
Sangga menghela napas sesaat, lalu duduk di tepi kasur. "Belum, tapi saya harus balik. Saya kerja, Jun. Jadi, nggak bisa lama-lama."
"Lah, kamu cuti, 'kan?"
Walaupun Juna tidak melihat, tetapi Sangga mengangguk takzim. "Iya, tapi ...." Ia bahkan tidak sanggup untuk melanjutkan kalimat.
Seakan-akan paham perasaan dan jalan pikiran Sangga, Juna pun terdengar menghela napas pula. "Bro, you deserve better. Kalau merasa dia nggak mau bicara lagi, untuk apa kamu pertahankan? Jangan terlalu mengemis."
"Saya nggak ngemis, Jun. Saya hanya ingin mempertahankan." Sangga menolak tegas pandangan Juna.
"Tapi, yang kamu pertahankan nggak mau dipertahankan, Ga. Kalau bukan Ala orangnya, pasti ada yang lebih baik."
Untuk sesaat Sangga terdiam. Kalau bukan Ala? Tidak, dia hanya ingin Ala. Seketika Sangga merasa sesak. Benarkah dirinya terlalu terkesan mengemis? Bukan! Sangga tahu jika Ala tidak sejahat apa yang dipikirkan oleh teman-temannya atau oleh Utari sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romance[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...