Layar 11 inch di hadapannya seketika padam pasca Ala memilih opsi untuk mematikannya. Ala beranjak dari kursi dan merebahkan tubuh di kasur. Ia baru saja selesai bimbingan dengan kedua dosen pembimbing lewat zoom meeting. Anggap saja simulasi di ruangan sidang. Ia belum bisa bertemu secara langsung dengan kedua dosennya, mengingat jam terbang mereka yang tinggi dan salah satu dosennya dalam masa cuti.Syukur-syukur dia diberikan kesempatan untuk konsultasi secara virtual. Naskah skripsinya juga sudah lumayan sedikit yang dikoreksi. Penelitian dan hasil uji lab masih belum keluar, Ala harus menunggu sedikit lebih lama lagi. Untung saja, ia tak bosan karena beberapa hari belakangan, Leo mengajaknya jalan-jalan.
Ala sekarang menggeluti potret dengan kamera polaroid yang dipinjamkan oleh Leo. Akhir pekan lalu, mereka pergi ke acara pameran sains. Meski merasa senang, Ala sedikitnya merasa bersalah juga. Itu kali pertama ia berbohong pada Sangga—menyangkut aktivitasnya di luar sana, bersama cowok lain pula.
"Nggak, kok, aku beneran ke lokasi penelitian," gumam Ala di tengah rasa bersalahnya. "Cuma udah janji sama Kak Leo bakal pergi. Lagian kami nggak aneh-aneh, Kak Sangga pasti maklum."
Susah payah Ala berusaha mengatakan hal-hal baik untuk dirinya sendiri. Padahal beberapa malam lalu, ia berbohong pada kekasihnya. Tak sampai di sana, Ala bersikap seakan-akan dirinya tidak kesal pada Sangga. Padahal sebaliknya. Ia kesal karena Sangga tidak ada kabar dan tidak menepati janji.
Memang, Ala tahu jika Sangga sibuk. Namun, selama mengenal Sangga, sesibuk apa pun dia, sang kekasih tak lupa akan janji, tak lupa pada Ala. Sayangnya, Ala kecewa karena Sangga tak menepati janjinya untuk mengirimkan referensi. Padahal malam itu Ala sangat butuh sekali. Syukurlah, Leo hadir di tengah kebingungannya.
"Kak Ala?"
Suara dari arah pintu kamar membuat Ala bangkit. Pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan wajah Utari. Melihat kehadiran Utari, Ala sedikit kaget.
"Lho, kok, di rumah?"
"Aku baliknya dua kali seminggu, Kak. Di posko juga sepi. Kak Ala lagi ngapain?"
Kini Utari duduk di tepi kasur Ala. Hubungan mereka perlahan mulai membaik. Seiring bertambah usia, adik tirinya menjadi lebih bisa mengatur emosi dan paham bagaimana harus bersikap. Utari tahu mana yang baik dan benar. Hingga ketika Utari datang ke Ala dan berkata telah berpisah dengan Renaldi—mantan kekasih Utari dan Nadine—Ala tentu sangat senang mendengarnya.
Ia dan Utari jadi sering mengobrol. Bahkan Ala tak ragu sesekali menceritakan tentang hubungannya dengan Sangga. Utari jadi bantak tahu dan tidak jarang Sangga akan menanyakan Ala dari Utari.
"Kak?" tegur Utari saat melihat Ala melamun. "Kenapa? Kakak berantem, ya, sama Kak Sangga?"
"Eh?" Ala tak menyangka Utari akan berpikir demikian. "Ehm ... nggak, kok. Kami baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romance[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...