Mulai sekarang Ala akan mandiri. Jika di Mataram, Sangga mungkin akan menemaninya, tetapi di Jakarta ia sendirian. Teman-teman sekolahnya dulu, sudah sibuk dengan pekerjaan dan jalan hidup masing-masing. Ada beberapa yang menghubungi Ala dan meminta bertemu, tetapi Ala belum bisa dalam waktu dekat. Ia harus mengurus segala persiapan penelitiannya.Ala baru saja kembali dari lokasi penelitian. Lokasinya tidak jauh dari rumah, area TWA mangrove yang ada di bilangan Jakarta Utara. Selain itu, ia berkunjung ke salah satu laboratorium universitas yang nantinya akan menjadi tempat pengujian kadar merkuri—sebagai fokus penelitiannya.
Sekitar jam setengah empat sore, Ala mampir ke salah satu kedai ramen. Perutnya mendadak kosong karena sejak siang tadi belum terisi. Andai saja Sangga mengetahui itu, pastilah kekasihnya itu mengomel.
Kini Ala sudah duduk di depan kaca besar. Membiarkan uap ramen yang panas mengepul menerpa kaca. Di luar, langit me dadak berubah kelabu. Akan hujan? Ala mengeluh dalam batin karena sejak pagi Jakarta sangat terik.
"Ala?"
Teguran itu membuat Ala menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki baru saja masuk membawa gelas kopi plastik. Senyum terlukis di bibirnya, seketika terlihat lesung pipi yang dalam di kedua sudut bibir.
"Masih ingat aku?" tanya lelaki itu karena Ala terlihat kebingungan.
"Maaf, tapi aku kurang ingat. Walaupun kamu ... kelihatan nggak asing."
"Astaga." Lelaki itu terbahak dan untungnya di kedai ramen tidak terlalu ramai. Hanya Ala dan lelaki itu, serta seorang pria di pojok ruangan. "Aku boleh duduk di sini?"
Ala melirik tempat kosong di sebelahnya. Agak ragu-ragu untuk mengiakan, walaupun penasaran juga dengan cowok yang baru saja menyapa. Ia akhirnya mengangguk. Cowok jangkung berjaket hitam itu melepas jaketnya yang terkena bekas rintik hujan. Ternyata benar, sore itu Jakarta tersiram air hujan.
"Aku kira kamu masih ingat, tapi maklumlah. Soalnya aku dengar-dengar, kamu udah lama pindah ke Lombok," tukas lelaki itu, alih-alih memperkenalkan diri.
"Bukan pindah, tapi kuliah di sana. Rumahku do sini."
"Oh ya? Kamu kuliahnya ke tempat yang lebih jauh."
Ala tersenyum ramah sambil mengaduk-aduk kuah ramen. "Nggak jauh-jauh banget, paling satu atau dua jam lebih pake pesawat. Oh ya, kamu ...."
"Ah, aku lupa." Cowok berlesung pipi itu menyodorkan tangannya. Sempat Ala curiga cowok itu hanya iseng dan berbohong mengenal dirinya. Namun, Ala terkejut saat cowok tersebut menyebutkan nama. "Aku Leo. Ingat, nggak?"
"Eh? Kak Leo?! Yang itu, kan? Yang .. yang OSIS? Yang waktu itu ...."
"Iya, aku Leo ketua OSIS di SMA kita dulu."
Lantas Ala memukul kepalanya sendiri dengan pelan. Dasar! Ingatannya payah banget. Bagaimana bisa ia melupakan Leo yang dahulu sangat keren di sekolah. Belum lagi selalu menjadi incaran teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romansa[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...