Seperti janji yang telah dibuat, mereka pergi ke acara festival. Hari sudah sangat sore saat mereka kembali. Ala memang suka diajak berkeliling dan menikmati makanan di festival, tetapi ketahuilah sejak bangun tidur, perasaannya tidak kunjung membaik. Ia merasakan perasaan itu tak karuan. Cemas, entah mencemaskan apa.Barangkali karena kata-kata Nadine yang mengecap dirinya selingkuh? Atau karena sejak tadi ia memikirkan Sangga? Ala tidak tahu. Gara-gara masih kecewa dengan sikap sang kekasih, Ala menolak mengaktifkan ponsel. Seharian ia memilih tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Bahkan sekalipun itu Nadine.
"Al, kamu nggak apa-apa? Nggak senang hari ini?" tegur Leo yang fokus menyetir.
Ala terkesiap kaget. Hampir lupa jika sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang. "Eh, hm ... aku baik-baik saja, Kak. Aku senang. Kenapa memangnya?'
"Kamu kelihatan murung dari tadi. Apa ada masalah?"
Ala menggeleng karena tidak ingin menyampaikan keresahan hatinya pada Leo. Sebab, ia sendiri tidak tahu entah apa yang membuat gelisah seharian ini. Gara-gara ponsel yang sengaja dinon-aktifkan, Ala sedikit cemas. Ia terus menggenggam benda itu.
"Udah sampai," kata Leo sesaat setelah mobil berhenti di depan gerbang rumah. Ia lantas melepas seat belt.
"Makasih buat hari ini, Kak."
"No, justru aku yang makasih karena kamu udah mau menemaniku," kata Leo. Ia tersenyum lebar, tetapi perasaan gundah Ala tidak bisa dicegah. "Aku boleh turun menyapa ayah kamu?"
"Eh? Y-ya, boleh. Silakan." Andai saja di sana ada Nadine atau Sangga, Ala pasti sudah kena omel karena tidak bisa menolak orang lain.
Alhasil, Leo ikut turun dan masuk ke halaman rumah. Di teras depan, terlihat Bu Dinar tengah menanti Ala. Sedangkan ayahnya tidak terlihat. Ala tahu ayahnya sedang istirahat di jam-jam tersebut. Sehingga Leo hanya menyapa Bu Dinar.
Meski Bu Dinar terlihat tidak nyaman karena Leo yang membawa Ala pulang saat hari menuju petang. Mungkin saja Bu Dina punya pendapat yang sama dengan suaminya tentang Leo. Syukurlah, Bu Dinar tidak langsung menegur dengan kata-kata yang bisa melukai perasaan pemuda itu.
"Nak, Leo terima kasih sudah mengantar Ala. Lain kali, Tante harap pulangnya agak cepat. Soalnya ayah Ala suka khawatir," tukas Bu Dinar.
"Maaf, Tante. Lain kali aku akan membawa Ala pulang lebih cepat." Leo menunduk sopan setelah meminta maaf.
Senyum ramah Bu Dinar masih terlukis. "Nak Leo mau mampir dulu, minum? Tante buatkan minuman." Yeah, Bu Dinar tetaplah Bu Dinar yang terlalu ramah pada orang lain.
Jelas Leo tidak menolak karena masih betah melihat Ala. Agak canggung, Ala duduk menemani Leo si kursi teras. Padahal dia sudah berharap akan segera ke kamar dan mengaktifkan ponsel lagi.
"Sori, aku jadi berlama-lama di rumah kamu," kata Leo.
"N-nggak apa-apa, Kak. Asal kamu nggak berniat menginap." Susah payah Ala mencari topik obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Romance[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...