Kesadaran Sangga belum pulih betul dan energinya masih belum terkumpul penuh. Rasanya seperti mimpi mendengar Ala. Suara dari panggilan tadi seperti sebuah imajinasi. Namun, ketika Sangga bangkit dan mengucek mata, penglihatannya tidak salah. Ia memang menerima panggilan suara dari Ala.
"Kak Sangga tidur, ya? Maaf, aku ganggu waktu istirahat Kak Sangga."
"Nggak, Sayang. Saya cuci muka dulu sebentar."
Sangga bergegas keluar kamar menuju kamar mandi. Untuk sesaat setelah membasuh muka, ia memperhatikan lamat-lamat wajahnya sendiri. Masih tidak percaya Ala akan meneleponnya. Seakan-akan mereka sudah bertahun-tahun tanpa kabar.
"Halo, Sayang? Masih di sana?" tanya Sangga ketika kembali ke kamar. Ia duduk di tepi kasur. "Kenapa jam segini masih bangun? Nggak bisa tidur atau begadang?"
"Nggak, Kak. Aku nggak bisa tidur. Aku kepikiran Kak Sangga."
Suara lirih Ala menghadirkan gemuruh khawatir dalam rongga dada Sangga. Andai saja mereka dekat, Sangga pun akan memeluknya dengan erat. Jangan tanyakan sudah berapa rindu yang ditabung, barangkali akan menggunung, yang jelas mereka butuh untuk segera diatasi.
Mau bagaimana? Sangga tidak mungkin menyusul Ala ke Jakarta mengingat kondisi ibunya. Ala juga tidak bisa kembali dalam waktu dekat hanya karena ingin bersama Sangga. Benar-benar menyiksa.
"Ya udah, saya temani, ya. Biar bisa tidur," kata Sangga.
"Aku pengin lihat Kak Sangga."
"Oke. Aku telpon ulang."
Panggilan kini berubah menjadi panggilan video. Layar ponsel Sangga seketika memuat wajah Ala yang terlihat lesu. Meski hanya berbekal kamera, ia bisa melihat mata Ala sedikit memerah dan sembab. Astaga! Perasaan Sangga makin tidak karuan. Nyeri melihat kondisi kekasihnya.
"Sayang, kamu sehat-sehat aja di sana?" tanya Sangga, "jangan memaksakan diri. Kamu bisa ngasih tau aku kalau butuh sesuatu atau ada yang mau dibantu."
Senyum Ala terlukis sesaat. "Semuanya lancar, Kak. Sebentar lagi rampung dan aku nggak sabar kembali ke Mataram."
"Maaf, saya belum bisa ke sana menemui kamu." Sangga nyaris saja membeberkan tentang kondisi ibunya. Daripada Ala kepikiran, ia memilih menyimpannya saja.
Setelah berhari-hari tanpa kabar, kini Sangga bisa bertukar suara dengan Ala. Bahkan bisa melihat wajah yang sangat dirindukannya meski lewat panggilan video. Tak apalah. Asalkan rasa kangen sedikit terkikis. Sangga sangat ingin mendekap tubuh sang kekasih.
"Nggak apa-apa, Kak." Senyum Ala terlukis lebar. "Aku tau Kak Sangga sibuk. Aku cuma mau kita terus berkabar seperti ini. Rasanya akhir-akhir ini kita makin jauh saja."
"Maaf." Sangga tidak bisa mengatakan hal lain, selain satu kata itu.
"Udah, udah, sekarang aku udah nggak terlalu memikirkannya, Kak. Begini aja udah cukup. Lihat Kak Sangga, aku jadi ngantuk," kata Ala berusaha mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Любовные романы[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...