"Kak, aku nggak denger suara Kak Sangga. Nanti aku telpon lagi."
Ala terpaksa menutup panggilan suara yang tersambung selama beberapa saat. Rasa bersalah menghantam perasaannya begitu keras. Belum pernah ia berbohong kepada Sangga. Namun, hari itu seperti ada yang tengah mengawasinya, ketakutan yang hadir karena kebohongan yang diperbuat.
"Al?"
Ala menoleh dan menemukan Leo datang membawa dua minuman segar dan popcorn. Ala terkesiap kaget. Hampir lupa jika lelaki itu sedang menemuinya.
"Eh, Kak. Gimana? Filmnya udah mulai?" Sebisa mungkin Ala menyembunyikan kegugupannya. Andai saja bisa pergi, ia akan memilih pulang. Namun, hari itu ia sendiri yang mengiakan ajakan Leo untuk menonton film.
Sebagai bentuk perayaan kecil kalau kata Leo, sebab Ala sudah berhasil menyelesaikan penelitiannya. Jadi, Leo berinisiatif memberikan reward. Awalnya Ala agak canggung, tetapi karena Leo terlihat sangat tulus, jadi Ala tidak mau merusak susana hati lelaki itu.
Maka di sanalah mereka, di bioskop sebuah mal. Ala dan Leo baru tiba setengah jam lalu. Pun itu Al berbohong pads Sangga dengan membawa-bawa nama teman lama. Nyatanya hanya pergi berdua dengan Leo.
"Kak?" panggil Ala seraya menggerakkan tangan di depan cowok itu.
"Oh, iya. Lima menit lagi mulai. Yuk, duduk dulu!" Leo memandu langkah Ala ke kursi tunggu.
Ala duduk di single sofa yang tersedia di sana. Sedangkan Leo duduk di kursi kayu. Tanpa Ala sadari, lelaki berjaket denim itu memperhatikannya lamat-lamat.
"Tadi itu siapa? Pacarmu?" tanya Leo tanpa berbas-basi.
Entah karena makin dekat, Leo jadi tidak ragu-ragu menanyakan perihal masalah pribadi Ala; masalah asmara misalnya. Mau tidak mau, Ala hanya bisa menjawab seadanya. Tidak mau ada yang mengorek terlalu jauh tentang hubungan dengan Sangga.
Sayang sekali, Ala tidak punya siapa pun untuk diajak bercerita. Maka acap kali ia bercerita pada cowok itu.
"Ah, iya. Cuma ngabarin sebentar," tukas Ala berusaha berpaling dari tatapan Leo.
"Satu kampus juga?"'
"Iya, seniorku. Sekarang sudah lulus, sudah kerja."
Leo mengangguk-angguk takzim. "Bagus, dong. Hebat, ya. Walaupun lagi LDR, tapi kalian tetap saling komunikasi."
Membahas komunikasi, Ala hanya bisa tersenyum sumir. Komunikasinya dengan Sangga tidak bisa disebut lancar juga. Semalam pun mereka mengobrol karena Ala mati-matin menyingkirkan gengsi. Padahal jengkel bukan main saat Sangga dan dirinya sama-sama tidak bisa saling fast respons.
Sesibuk itu, kah, Sangga? Ala tidak tahu bekerja di bimbel dan les privat akan memakan waktu sebanyak itu. Hingga seharian mungkin hanya satu dua atau paling banyak lima pesan yang mampir ke ponselnya. Lama kelamaan Ala jadi kesal sendiri. Ia butuh sesuatu untuk menenangkan pikiran. Karena hal itulah Ala kemudian menerima ajakan Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[²] FOOLOVE: CHERISH YOU || JUDYJUN√
Storie d'amore[FOOLOVE 2] Alamanda: Ia pikir akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Ternyata meskipun ia sangat mencintainya, hubungan mereka tidak akan berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Kesalahpahaman, jarak, komunikasi, hal-hal semacam itu ikut...