37. Heartbreak Hotel

255 26 3
                                    

Naya
Mas, Mary apa kabar?

Johnny
Baik
Kenapa?

Naya
Mas ada waktu luang?
Aku pengen ngobrol

Johnny
Ngobrolin apa lagi?

Naya
Maaf Mas
Aku tau Mas Johnny pasti gak berkenan

Johnny
Bikin ulah apa lagi dia?

Naya
Aku gak bisa bilang lewat chat

Johnny
Hm
Ya udah
Besok siang saya harus jemput Mary dari sekolah terus anter ke rumah neneknya
Kamu sekarang tinggal di mana?

Naya
Aku gak tinggal di rumahku, Mas
Masih di deket kantor lamaku

Johnny
Oh di sana
Mungkin malem kalau di kota
Bisa?

Naya
Bisa Mas
Kabarin aku aja

Johnny
Ok

***

"Sorry saya ajak ketemuan di sini. Saya juga lagi butuh waktu sendiri, makanya saya anter Mary ke neneknya."

Pertemuan itu diadain di bar jazz sebuah hotel bintang 5. Suasananya enak dan cozy buat ngobrol ngobrol memang. Buat minum minum santai juga enak. Minum yang menyenangkan, bukan chaos kayak di night club.

Sayangnya, Naya gak menikmati suasana itu dengan baik. Gak ada tempat di dunia ini yang bisa meredakan suasana hatinya.

"Its ok, aku juga lagi lumayan butuh," ucap Naya.

Mereka duduk di sebuah meja barisan kedua dari stage. Sambil nontonin band jazz yang lagi tampil, mereka ngobrol. Johnny pesen red wine untuk nemenin obrolan mereka.

"Mas selama ini gimana ngasuh Mary sendirian?" Naya gak basa basi terlalu banyak. Toh, dulu, dia dan Johnny udah banyak ngalamin masa susah bareng pas Johnny ngurus Mary bayi.

"Berat. Untungnya ibu saya mau bantu. Sekarang Mary udah gede, jadi udah lebih bisa ditinggal kerja. Masa masa kritisnya udah lewat," ucap Johnny yang liat HPnya sedikit sedikit.

"Mas waktu itu ngasih tau Sheila kita ketemu, ya?"

"Kalau cuma itu pertanyaannya, iya. Tapi untuk cerita lengkapnya gak sesimple itu."

"Maksudnya?"

"Sheila masih belum ngelepasin saya sepenuhnya, Naya. Dia selalu ngegunain Mary sebagai alasan, tapi saya yakin itu cuma bagian dari obsesinya. Dia tau saya ketemu kamu dari orang lain. Demi dia gak gangguin Mary, saya harus kasih tau dia isi percakapan kita."

"Dia masih obsesi sama Mas?"

"Dia berharap kita bisa nikah dan hidup bareng. Itu permintaan gila. Bahkan sebelum ada Mary pun, saya gak pernah punya rasa sayang sama dia. No offense."

"No need to be sorry, Mas."

"Im not. Saya cuma gak mau dianggep saya gak sayang Mary karena saya gak sayang ibunya. Mary beda. Mary itu hidup saya."

"Im glad Mary got a father like you. Aku gak bisa bayangin Mary kalau diasuh Sheila."

Ngomongin hal itu, Naya malah jadi termenung sendiri sama masalah yang mau dia omongin.

"Jadi apa yang bikin kamu mau ketemu saya?"

"Aku ragu harus ngomong apa engga. Secara gak langsung ini berkaitan sama Mary."

"Omongin aja. Gak ada yang bisa ngagetin saya lagi kalau itu tentang Sheila."

"Sheila... Sheila hamil di luar nikah lagi."

"Sama Direktur CITY itu?"

"Iya."

Johnny berhenti ngomong dan ngerutin dahi. Tiba tiba, dia nuangin wine lagi ke gelas Naya.

"Kamu pesen aja minuman yang kamu mau. Bills on me. Kamu butuh banyak minum."

"No, Mas. Im fine. Aku ngerasa gak enak karena Mary bakal..."

"Mary gak ada hubungannya sama semua ini, Naya. Dia bahkan gak kenal ibunya. Tapi kamu, i feel sorry for you."

"Ya, udah ga ngagetin juga, Mas."

"Dia ayahnya pacar kamu, bukan?"

"Mas, tau?"

"Thats why i feel sorry for you."

Naya langsung ngerasa malu dan gak punya muka lagi. Dia padahal mau pura-pura kuat karena dia pikir Johnny gak tau kalau direktur CITY itu ayahnya Jean. Yang awalnya dia khawatir sama Mary, malah jadi kembali meratapi diri.

Naya ngambil gelas wine itu dan neguk lumayan banyak. Gak sampe abis, tapi dia butuh rasa panas dari alkohol itu.

"I broke up with him even before that but... its kinda feel, unfair." Naya mulai membuka diri. Dia ngelus ngelus tangannya sendiri karena gak nyaman.

"Kenapa putus?"

"He cheated on me. So i have no reason to be sad. I keep telling myself that i dont care about it. But to think i had good memories with his family too. Mas, i dont know why i have to bear such pain from my sister."

Band jazz yang tampil lagi break. Suasana bar cuma diisi dengan obrolan tenang dari orang sekitar. Naya makin bisa ngerasain ucapannya yang gagap.

"Sheila emang bukan orang baik. Saya pernah coba untuk ngerti situasi dia. Ternyata dia cuma orang egois dan oportunis. Kamu juga tau kan dia meras saya dengan Mary? Atau, ya, bisa dibilang dia ngejual Mary. Anak dia selanjutnya akan dipake untuk hal yang sama. Tapi saya sendiri gak yakin sama nasib anak itu, karena ayahnya pun gak akan mungkin mau nerima."

"Mas inget saat aku bilang mau lapor istrinya? Aku orang naif, bener. Ibunya Jean bahkan tau Jean selingkuhin aku dan masih ngebelain anaknya. Sekarang suaminya di posisi yang sama, aku yakin dia bakal tutup mata."

"Lalu kamu akan gimana sekarang?"

"Aku bilang aku putusin hubungan keluarga sama Sheila dan Ibu. Ibu juga diem aja saat Sheila kayak gitu. Aku gak mau peduli lagi, Mas."

"Pilihanmu itu terserah kamu. Tapi saran, jangan tinggalin ibumu juga. Ibumu bukannya gak bisa ngehukum Sheila. Tapi namanya orangtua, mereka akan ngelindungin anaknya. Apalagi nasib bayi itu lebih gak jelas daripada Mary dulu."

"Terus aku harus apa, Mas?"

"Jaga ibu. Jaga anak tanpa dosa itu juga. Tuntut hak anak itu ke ayahnya kayak yang kamu lakuin ke saya dulu. Mungkin kalau kamu gak memohon dulu, saya juga gak akan tergugah buat ngurusin Mary."

"Yang paling penting, jangan lupa pikirin diri kamu sendiri. Perasaan kamu juga penting, Nay."

***

Naya berdiri di depan cermin toilet hotel tempat dia ketemu sama Mas Johnny tadi.

Gak ada solusi konkrit dari Mas Johnny. Memang percakapan tadi cuma untuk sekedar curhat, bukan untuk cari solusi.

Naya benerin lipstiknya yang agak luntur karena makan dan minum di bar. Mas Johnny udah pulang duluan. Dia nolak tawaran Mas Johnny untuk dianterin ke apartnya.

HP Naya bunyi nyaring di toilet yang sepi itu. Ternyata notifikasi dari email kantor. Tumben banget, padahal udah malem. Biasanya mereka gak akan ngontak di luar jam kerja.

Dear Naya.

I apologize for the late notification. We have a start ups networking events in your capital city tomorrow at 10 AM. The attachment below includes the details needed.

Please give me a notification ahead if you are able to attend the event.

Best Regards,
Bella.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Escapism. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang