"Jayden! Ke mana aja kamu Nak ya ampun!"
Sambutan hangat dari ibunya Jayden ke anaknya bikin hati Naya campur aduk. Naya ngerasa aman banget ada di sini. Tapi dia baru aja dihajar realita kalau rumah dia hancur.
"Eh, ada kamu juga, Naya." Ayahnya Jayden lambai-lambai dari ruang tengah.
"Ah, kamu Naya? Masuk sini masuk. Baru aja Ibu selesai bikin brownies," ucap ibunya Jayden yang masih pake celemek.
Naya masih berdiri canggung di ambang pintu. Jayden narik tangan Naya perlahan dan ajak Naya masuk ke rumahnya. Di ruang tengah, ayahnya Jayden lagi nonton TV ditemenin kucing-kucing mereka. Ada tiga kucing dengan motif yang mirip.
"Adek mana, Yah?" tanya Jayden ke ayahnya dan ikut duduk di sofa. Naya duduk di sofa yang beda di ruang tengah.
"Pikun, ya? Adekmu kan kuliah. She lives alone lah."
"I mean she is not that far away, right? Bukannya sekarang masa masa libur semester?"
"She has internship near her campus. Emang kamu gak pernah tanya kabarnya dia?" Ayahnya Jayden ngeintrogasi sambil makanin kacang edamame.
"You know, we are not that close since she hits puberty."
"I made some brownie! Ini kali pertama Ibu coba, please dont judge me," ucap ibunya Jayden yang bawain seloyang brownies ke ruang tengah.
Naya duduk kaku di sana. Dia kayak lagi nonton film bertemakan keluarga. Semuanya kerasa gak nyata. Sedikit ngerasa insecure karena dia tau dia gak akan pernah dapetin semua kehangatan ini di rumahnya.
Jayden nyadar sama Naya yang masih ngelamun.
"Mom, is my room clean? I think she needs some rest. She still recovering," ucap Jayden agak bisik-bisik ke ibunya.
"Oh, iya. Naya, kamu kemarin sakit, ya? Tante ada minuman herbal. Kamu suka minuman herbal kayak jamu gitu?" tanya ibunya Jayden yang udah siap nyeduh berbagai teh herbal dari Cina atau wedang tradisional dari Jogja.
"Um, gapapa, Tante. Aku udah mendingan." Naya nolak ibunya Jayden dengan cukup dingin.
Dia ngerasa was was mau nerima kebaikan orang lagi. Setelah hubungan baik bertahun-tahun sama mamanya Jean pun, Naya masih dipandang sebelah mata.
"Kalau gitu kamu istirahat dulu di kamarnya Jayden, ya? Wajahmu masih pucat banget."
Jayden ngangguk dan narik tangan Naya pelan. Dia bawa Naya ke lantai 2, ke kamarnya Jayden. Dipikir-pikir, Naya belum makan apapun dari pagi karena sibuk ngurusin Sheila. Asam lambungnya naik, dia juga dehidrasi.
Mereka masuk ke kamarnya Jayden. Jayden langsung posisiin Naya buat tiduran dan badan Naya juga otomatis tiduran. Kepalanya pusing lagi.
"Aku bawain brownies dari bawah ya, sebentar," ucap Jayden terus buru-buru balik lagi ke ke lantai bawah.
"Is that your girlfriend?" tanya ibunya Jayden.
"A lot of things changed after a few days, huh?" tanya ayahnya.
Interogasi dari orang tuanya bikin Jayden malu. Anak sulung dari keluarga Na itu gak pernah punya pacar atau histori PDKT yang diketahui orang tuanya. Semua ini hal baru buat mereka.
"A lot of things happened, actually. The only good thing is that she still alive right now. Aku sebenernya mau minta izin untuk Naya nginep beberapa hari di sini. She needs lots of support." Jayden memohon sama orang tuanya.
Orang tuanya yang lagi duduk di sofa saling tatap bingung. Jayden kayak minta restu untuk nikah aja.
"Can you tell me what happened first? Are you in trouble?" tanya Ibu Jayden dengan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism.
Fiksi Penggemar🔞 Drunk calls, drunk texts, drunk tears, drunk sex I was lookin' for a man who was on the same page A fanfiction of Na Jaemin and Lee Jeno