"Jean?"
"Uh, engga. I mean, dia itu–"
Suasana semakin canggung dengan macetnya jalanan ibukota yang bikin mobil mereka berhenti. Jayden ngeliatin Naya dan diem sebentar.
"Jangan salah paham."
"No. I heard something about him from our old friend."
"Serius?"
"Banyak yang lay off di CITY. Project brojek gagal. Jean udah jarang ke kantor dan lebih sering meeting online."
Naya jadi kepikiran banyak hal. Masih ada yang belum dia ceritain ke Jayden tentang kenapa dia bisa berhubungan seksual sama Jean pas waktu itu.
"Aku juga denger dia sering keliatan di club sekarang."
"Hah? Di club mana?"
"Devil Wings. Sama Harris."
Gawat. Kalo Jeno bergaul sama Harris di club, akan ada kemungkinan besar Jeno emang ditawarin obat-obatan sama Harris.
"Should we check on him?" tanya Naya ragu-ragu.
"I will. Dia temenku, Nay."
Naya senyum tipis ngedenger hal itu. Jayden masih nganggep Jean temen deketnya setelah banyak hal yang bikin pertemanan mereka renggang, terutama karena Naya. Ada perasaan bersalah yang gak bisa dihindari.
***
Jantung Naya berpacu gak karuan saat sampe di rumah. Mobil BMW sedan hitam terparkir lagi di sana, nandain kalau Sheila ada di rumah.
Sebelum masuk rumah Naya berdiri diem sebentar. Hening, gak ada suara keributan dari dalam rumah.
"Kamu tunggu di sini dulu," ucap Naya ke Jayden yang tadinya mau buka bagasi.
Naya masuk pelan-pelan ke dalem rumah. Ruang tamu kosong, Naya lanjut jalan ke dalem.
Di ruang tengah, Naya ngeliat Sheila lagi nyender dan nangis ke Ibu.
Sheila nyadar atas kedatangan Naya dan langsung duduk tegak. Dari kaosnya yang ketat itu, Naya menyadari sesuatu.
Perut Sheila lumayan besar dibanding badannya yang kurus.
"Ngapain lo?" tanya Naya gak pake beramah tamah.
"Gak usah peduliin gue," ucap Sheila terus ngusap air matanya dia.
Naya ngangguk kecil terus pergi ke dapur. Niatnya mau ngeliat bisa ditaro mana barang-barangnya dia. Tapi yang dia pikirin satu.
Sheila hamil, ayahnya siapa?
Naya bersandar di tembok dan diem cukup lama. Dia berkali-kali menyangkal pikiran itu di otaknya.
"Anak siapa?" ucap Naya begitu balik ke ruang tengah.
Sheila diem aja. Walaupun fakta ini bisa ngancurin Naya dan bikin Sheila seneng liat Naya sengsara, ini juga aib buat dia.
"Tebak." Sheila senyum sinis tapi dengan mata yang berkaca-kaca. Dia masih mencoba sarkastik di titik kayak gini.
"Anak siapa, Sheila?!" Suara Naya meninggi. Ibu gak bisa ngehalangin kedua anak perempuannya untuk saling adu mulut.
Sheila ketawa terus berdiri nyamperin Naya.
"Ini calon adek ipar lo, Nay."
"Perempuan tolol."
Plak!
Naya nampar Sheila pelan tapi berat. Sheila gak marah membabi buta kayak biasanya. Dia cuma terkekeh aja ditampar Naya, terus balik lagi ke sofa buat duduk di sebelah Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism.
Fanfiction🔞 Drunk calls, drunk texts, drunk tears, drunk sex I was lookin' for a man who was on the same page A fanfiction of Na Jaemin and Lee Jeno