"Om Bumi bilang kalau Papa udah sama Kak Ardian," Arka menaruh kembali ponselnya di atas meja sambil menatap Aksa yang duduk di hadapannya. Senja baru saja memberinya kabar jika orang suruhan ayahnya sudah berhasil melacak keberadaan Ardian.
Dan rupanya David sudah lebih dulu menemukan Ardian, tentu saja, nyaris tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh seorang David Mahendra jika itu menyangkut dengan uang dan kekuasaan. Menemukan Ardian yang kabur dari rumah adalah sebuah hal yang mudah untuknya.
Aksa tersenyum sekilas dan mengangguk. Ada sorot lega di balik matanya.
"Kak Ardian ternyata kabur ke Yogyakarta," kata Arka lagi. Dia mengamati raut wajah Aksa yang terlihat lebih tenang daripada kemarin saat Aksa sempat bersitegang dengan anggota Platinum yang lain.
"Bagus deh kalau Kak Ardian udah ketemu sama Papa, semoga aja Papa bisa bujuk Kak Ardian buat pulang." respon Aksa, nada suaranya tenang seolah tidak ada ombak di sana.
Arka menatap ke dalam mata Aksa, mencoba menyelami pikiran saudara kembarnya itu. Sayangnya, Aksa itu terlalu abu-abu. Arka kadang kesulitan untuk memahami sang kakak. Dia tidak bisa menebak jalan pikiran Aksa.
"Setelah ini, kira-kira apa yang bakalan terjadi?" gumam Arka pelan, dia tidak ingin memikirkan hal-hal yang buruk namun situasi ini cukup membuatnya takut.
David dan Ardian juga belum tahu jika sebenarnya Aksa dan Arka sudah mengetahui tentang hal ini sejak lama.
"Belum tentu kalau Kak Ardian mau nerima ini semua, Sa," lanjut Arka khawatir. Arka baru menyadari, selama ini dirinya tidak memikirkan after effect dari terbongkarnya rahasia ini. Dia dan juga Aksa mungkin terlalu menganggap enteng semuanya.
Aksa membisu, memang banyak kemungkinan yang bisa terjadi nanti.
"Kak Ardian itu pemaaf, Ka. Gue yakin dia pasti akan cepat berdamai dengan ini semua." ucapnya kemudian.
"Apa menurut lo dia juga bakalan maafin kita lagi setelah tau kalau kita nyembunyiin semua ini sedari awal? Apa dia bisa maafin lo kalau dia tau alasan sebenernya kenapa lo pindah kesini?"
Dan dengan yakinnya Aksa mengangguk.
"Kenapa lo bisa seyakin itu?"
"Karena Kak Ardian bakalan selalu maafin kita berdua. Bagaimanapun juga darah yang mengalir di tubuh kita itu sama, gue yakin kalaupun Kak Ardian marah dia nggak akan marah lama-lama."
"Lo nggak ngerencanain hal lain lagi kan?" kedua mata Arka memicing curiga. Sikap cenderung santai Aksa justru membuatnya semakin tidak tenang.
Aksa tidak menjawab Arka. Sebenaenya dia punya sebuah sisi egois yang kini memberontak ingin keluar.
Dulu Aksa sempat merasa ragu karena takut jika Ardian akan terluka karena fakta ini. Namun di sisi lain Aksa juga merasa nyaman karena ternyata dia mempunyai seorang kakak yang menyayanginya. Bahkan sebelum Ardian tahu jika mereka bersaudara, Ardian sudah terlihat menyayangi dirinya dan Arka.
Aksa itu sebenarnya egois, dia ingin semua berjalan sesuai dengan keinginannya.
Dan lagi, mungkin masih terlalu dini untuk memikirkan hal ini namun Aksa serius jika dirinya tidak ingin memimpin perusahaan milik keluarga Mahendra. Jika Ardian kembali ke keluarga Mahendra sebagai putra sulung keluarga ini maka semua tanggung jawab itu nanti akan diambil oleh Ardian. Nantinya Aksa mungkin bisa bebas, sesuai yang selama ini dia impikan.
"Gue nggak ngerencanain apa-apa lagi, Arka," respon Aksa dengan tenang, dia menatap Arka dan membagikan senyuman tipisnya, "Bukankah tujuan kita adalah nemuin kakak kita? Kita udah berhasil, Arka. Yah.... walaupun rencana kita sedikit melenceng. Kita tinggal nunggu Papa jujur sendiri tentang semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanfictionKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...