14 - Volna

697 64 13
                                    

"Lagi masak apa, Mas?" tanya Vino, dia menghampiri Ardian yang sedang memasak di dapur. Siang ini Vino langsung pulang ke rumah karena mungkin mereka baru akan berkumpul di basecamp nanti malam.

"Gue lagi masak mie goreng, tadi kebetulan dapet resep baru, jadi gue pengen langsung praktekin resep itu," Ardian bergerak dengan cekatan untuk mengolah bahan-bahan masakan yang sudah tersedia.

Vino memilih untuk menunggui Ardian memasak daripada langsung pergi ke kamarnya untuk berganti baju. Dia hanya akan duduk diam dan menunggu, Ardian tidak akan mengizinkannya untuk membantu memasak karena akreditasi Vino dalam memasak cukup buruk. Tidak lebih buruk daripada Yasa tetapi akan lebih baik jika dia tidak menyentuh area dapur.

Meskipun ada beberapa asisten rumah tangga di rumah ini Ardian sesekali masih menyempatkan diri untuk memasak, apalagi jika ada menu yang ingin dia coba. Vino masih setia untuk mengamati. Tidak membutuhkan waktu lama, mie goreng buatan Ardian sudah selesai. Dia membuat porsi yang cukup banyak, rasanya jika hanya dimakan oleh mereka berdua itu tidak akan habis.

"Kok banyak bener lo masaknya?" tanya Vino heran.

"Oh ini, gue mau bungkusin buat Aksa sama Arka juga, kasihan mereka kalau sampai belum makan, sebenernya Arka juga yang request mau mie goreng buatan gue," jawab Ardian sambil mengepak dua porsi mie di kotak makan yang sudah dia siapkan sebelumnya.

Vino mengernyitkan keningnya heran, tidak menduga jika kakaknya seperhatian ini kepada si kembar itu. Bukannya Vino cemburu karena merasa terancam jika posisinya direbut, Vino sendiri juga suka memberikan perhatiannya kepada si kembar, tetapi sikap Ardian terasa sedikit aneh. Ardian itu sebenarnya cukup sulit untuk menerima dan berbaur dengan orang baru, tapi sepertinya jika menyangkut tentang si kembar hal itu tidak berlaku, buktinya Ardian sudah sangat akrab dengan mereka padahal baru sebulan mereka bertemu.

"Ayo Vin, kita makan dulu. Habis ini lo mau nggak ikut gue buat ngasih makanan ini ke mereka?" tanya Ardian, dia membawa dua piring ke meja makan, Vino mengikuti sang kakak dan duduk di hadapannya.

Vino langsung mencicipi makanannya, "Masakan lo emang nggak pernah ngecewain," puji Vino disambut dengan senyuman Ardian. Ardian selalu merasa senang ketika makanan yang dia masak diterima dengan baik. Hal ini membuatnya menjadi semakin bersemangat.

"Ya iyalah, siapa dulu yang masak? Kalau dipikir jarang ada cowok sekeren gue, udah ganteng, pintar, jago masak, tajir, dan masih banyaklah hal-hal plus lainnya dari gue," Ardian membanggakan dirinya.

Vino hanya terkekeh, kadang kepercayaan diri Ardian itu terlalu tinggi.

"Iya deh, si paling memenuhi kriteria menantu idaman," ledek Vino, dia jadi teringat jika banyak kolega bisnis sang mama yang ingin menjadikan Ardian sebagai menantu. Tentu saja sang kakak menolaknya mentah-mentah.

"Ini bukan zaman Siti Nurbaya!" begitu kata Ardian ketika Isabel menggodanya soal rencana perjodohan.

"Gue nggak ikut deh, Mas. Gue mau tidur habis ini. Entar malam aja gue langsung ke basecamp," kata Vino pada akhirnya.

Vino sudah mengantuk, dia pasti akan langsung tertidur setelah ini karena kekenyangan. Lagi pula rumah si kembar cukup jauh dari rumahnya.

"Ya udah deh, gue ke sana sendiri."

"Hati-hati di jalan kalau gitu,"

Setelah makan siang berakhir, Vino membereskan meja, mencuci piring serta peralatan masak yang tadi digunakan oleh Ardian. Ardian sendiri langsung naik ke kamarnya untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ardian sudah siap. Dia lalu mengambil kotak bekal yang tadi sudah dia siapkan di pantry. Di dapur dia menemukan Vino yang sedang giat mencuci piring.

STRANGE LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang