Bangunan Panti Asuhan Cahaya Kasih ini merupakan sebuah rumah besar peninggalan masa kolonial. Bangunan ini dikelilingi oleh halaman luas yang dipenuhi banyak pohon rindang. Di salah satu sudut halaman berjejer ayunan dan beberapa jenis mainan lain untuk anak-anak penghuninya bermain.
Ardian dan yang lain baru saja tiba di sini. Mereka menggunakan tiga buah mobil yang di bagasi belakang masing-masing penuh dengan mainan dan peralatan sekolah. Tadi sebelum berkumpul di markas Platinum, Aksa dan Arka menyempatkan diri untuk membeli peralatan tulis untuk anak-anak di panti. Mereka berdua merasa tidak enak jika datang dengan tangan kosong.
Aksa membuka seatbelt dan turun dari mobil diikuti oleh Arka. Beberapa anak yang kisaran usianya di bawah sepuluh tahun langsung berlari dan memeluk Ardian yang sudah lebih dulu turun dari mobilnya.
"Kak Ardian, kok udah lama nggak main kesini sih?" seorang anak perempuan dengan rambut yang dikepang memprotes.
Ardian tersenyum, "Maafin kakak ya, kakak lagi banyak tugas jadi nggak bisa sering main sama kalian."
Anggota Platinum yang lain juga turun dan menghampiri mereka. Anak-anak yang datang semakin bertambah, mereka semua terlihat akrab dengan anggota Platinum. Aksa dan Arka melihat itu semua dengan takjub, tidak menyangka jika Platinum luwes sekali jika berhadapan dengan anak-anak.
"Kakak siapa? Kenapa kakak ada dua?" seorang anak laki-laki yang memakai kaos garis-garis mendekati Arka.
"Bima, ini Kak Aksa sama Kak Arka, mereka juga bakalan nemenin kalian buat main mulai dari sekarang," jelas Ardian sabar.
"Yang mana yang Kak Aksa dan yang mana yang Kak Arka?" bocah itu mengedipkan mata lucu, masih bingung untuk membedakan Aksa dan Arka.
"Nama kakak Aksa, terus yang ini namanya Kak Arka." Aksa tersenyum dan memperkenalkan dirinya dan Arka.
"Hei," sapa Arka canggung, dia tidak pernah berurusan dengan anak-anak sebelumnya jadi ini terasa sedikit tidak biasa.
Anak-anak itu semakin riuh. Seorang wanita paruh baya datang kepada mereka. Dia terlihat senang saat Platinum datang untuk mengunjungi anak-anak di panti ini.
"Halo Bunda Anna," sapa Vino sambil tersenyum manis.
"Ayo masuk ke dalam, bunda tadi baru aja selesai bikin cookies jahe. Nanti bunda bikinin teh bunga krisan buat temen makan cookiesnya," wanita berwajah keibuan itu tersenyum lembut.
Semua anggota Platinum mengikutinya untuk masuk ke dalam. Di ruang tamu yang sederhana namun nyaman, beberapa toples camilan dan sepiring penuh cookies jahe hangat sudah tersaji dengan rapi.
"Siapa ini yang datang bersama kalian?" Anna bertanya sambil menghidangkan teh bunga krisan yang dia janjikan. Dia menatap Aksa dan Arka sambil menunjukkan senyuman lembutnya.
"Ini Aksa sama Arka, Bun. Mereka anggota baru kami," jelas Dean.
"Ganteng ya dua-duanya," puji Anna membuat Arka tersipu malu, dia sudah senyum-senyum tidak jelas beda sekali dengan Aksa yang tenang menanggapinya.
Obrolan ringan itu berlanjut untuk sesaat sampai Anna pamit untuk mengurusi anak-anak di belakang. Setelah itu anggota Platinum mulai menyebar ke segala penjuru panti.
Giandra memilih untuk membacakan cerita dari buku bergambar kepada beberapa anak yang mengikutinya. Siapa sangka jika si dingin Giandra rupanya begitu telaten menghadapi anak-anak? Dulu Dean bahkan sempat tak percaya saat pertama kali melihatnya.
Reyhan, Dean, dan Arka pergi ke halaman dan bermain bola dengan beberapa anak lelaki. Suara teriakan senang terdengar bersahut-sahutan saat mereka saling mengoper bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE LIGHTS
FanfictionKepindahan Aksana Mahendra ke SMA Harapan membuatnya terlibat dengan geng Platinum. Hidup Aksa yang semula terasa kelabu sedikit demi sedikit mulai lebih berwarna lagi. Tetapi bagaimana jika sebenarnya Aksa mempunyai sebuah tujuan tersembunyi di bal...